Hitstat

08 February 2016

Yakobus - Minggu 4 Senin



Pembacaan Alkitab: Yak. 2:1-7
2:1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
2:2 Sebab, jika ada seseorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk,
2:3 dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya, "Silakan Tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata, "Berdirilah di sana!" atau, "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",
2:4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?
2:5 Dengarkanlah, Saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang mengasihi Dia?
2:6 Tetapi kamu telah menghina orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas dan menyeret kamu ke pengadilan?
2:7 Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?

Yakobus 2:1 mengatakan, "Saudara‑saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka." Ayat ini menunjukkan bahwa Surat Kiriman ini, dan khususnya pasal 2, ditulis kepada kaum beriman Perjanjian Baru dalam Tuhan Yesus Kristus yang mulia. Di sini Yakobus memberi tahu kita agar kita tidak mengamalkan iman dengan memandang muka. Tentunya hal ini adalah kebajikan praktek kristiani yang sempurna. Jika kita beriman kepada Tuhan yang mulia, janganlah kita memandang muka.

Dalam ayat 2 Yakobus melanjutkan, "Sebab, jika ada seseorang masuk ke dalam kumpulanmu (sinagoga) dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk." Istilah "kumpulan" di sini, dalam bahasa aslinya adalah "sinagoga". Kata ini digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan jemaat Yahudi (Kis. 13:43; 9:2; Luk. 12:11) dan tempat pertemuan mereka (Luk. 7:5), tempat mereka mencari pengetahuan akan Allah melalui mempelajari Kitab Suci (Luk. 4:16‑17; Kis. 13:14‑15). Penggunaan kata ini oleh Yakobus di sini bisa menunjukkan bahwa kaum beriman Yahudi menganggap jemaat dan tempat berkumpul mereka sebagai salah satu sinagoga di antara orang‑orang Yahudi. Jika demikian hal ini mengandung suatu karakter Yahudi dan dapat menunjukkan bahwa orang‑orang Kristen Yahudi masih menganggap diri mereka sebagai bagian dari umat Yahudi, umat pihhan Allah menurut Perjanjian Lama, dan mereka kekurangan visi yang jelas terhadap perbedaan antara umat pilihan Allah dalam Perjanjian Lama dengan kaum beriman di dalam Kristus dalam Perjanjian Baru.

Perihal orang kaya dan orang miskin yang datang ke dalam sinagoga, Yakobus bertanya kepada para penerima suratnya, "dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya, ‘Silakan Tuan duduk di tempat yang baik ini!’" sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata, ‘Berdirilah di sana!’ atau, ‘Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!’, bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?" (ayat 3‑4). Perbedaan yang ada antara yang kaya dengan yang miskin di tengah-tengah saudara‑saudara Kristen dan yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi merupakan sesuatu yang memalukan bagi Tuhan dan bagi keselamatan hayat ilahi‑Nya.

Dalam ayat 5 Yakobus untuk kali kedua membicarakan tentang mengasihi Allah (lihat 1:12). Kita percaya kepada Tuhan agar beroleh selamat (Kis. 16:31); kita mengasihi Allah (1 Yoh. 2:5, 15) agar kita menang, supaya kita bisa mendapatkan kerajaan yang dijanjikan sebagai pahala.

Kita tidak dapat menerima kerajaan hanya dengan percaya. Menurut Injil Matius, kerajaan akan merupakan suatu pahala. Menerima pahala ini memerlukan kita mengasihi Allah. Agar dapat menerima keselamatan, cukup jika kita hanya percaya kepada Tuhan. Tetapi jika kita ingin menerima pahala kerajaan, kita perlu mengasihi Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 6

No comments: