Hitstat

01 October 2015

Ibrani - Minggu 19 Kamis



Pembacaan Alkitab: Luk. 24:26; Yoh. 17:1


Tuhan Yesus hidup di bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun. Sekali‑sekali Ia juga menerapkan sifat ilahi-Nya, namun kebanyakan Ia memperhidupkan sifat insani‑Nya. Maka orang lebih banyak melihat‑Nya sebagai seorang manusia, yakni seorang manusia yang tepat, sempurna, dan istimewa. Mutu‑Nya yang istimewa berasal dari sifat ilahi­Nya. Pada suatu hari, Ia naik ke atas salib untuk menyingkirkan dosa, dan pada waktu yang sama Ia juga memusnahkan sumber dosa, yakni Iblis. Ketika Tuhan memusnahkan dosa dan Iblis, Ia telah mengecap rasa maut (Ibr. 2:9), dan melalui mengecap rasa maut, Ia menelan maut itu. Melalui kematian‑Nya yang almuhit, setiap hal negatif dalam alam semesta ini, termasuk dosa, Iblis, dan maut, semua telah diakhiri dan dijadikan sejarah. Setelah disalibkan, Tuhan beristirahat selama tiga hari. Menurut catatan Alkitab, selama Ia beristirahat dalam makam, Ia berwisata di alam maut sambil memberi kesempatan kepada maut untuk melakukan apa saja terhadap‑Nya dan membuktikan bahwa maut tidak dapat berbuat apa‑apa atas diri‑Nya. Setelah beristirahat dan berwisata, Ia keluar dari dalam alam maut serta bangkit dari kubur. Melalui kebangkitan‑Nya, Ia dilahirkan ke dalam keputraan ilahi dengan membawa sifat insani‑Nya, dan menjadi Putra sulung Allah. Akhirnya, Ia masuk ke dalam kemuliaan, bahkan mengalami pemuliaan. Sebagai Putra sulung Allah, Tuhan Yesus telah mengalami suatu proses untuk masuk ke dalam kemuliaan. Itulah pemuliaan‑Nya.

Sebagai Putra tunggal Allah, Kristus sudah berada dalam kemuliaan, tidak perlu pemuliaan lagi. Namun, karena Ia pernah hidup di bumi dalam. sifat insani‑Nya, maka Ia masih perlu pemuliaan. Karena itu, seperti yang diwahyukan dalam Yohanes 17:1, pada malam terakhir dari hidup-Nya di bumi, Ia berdoa, "Bapa, telah tiba saatnya; muliakanlah Anak‑Mu, supaya Anak‑Mu memuliakan Engkau."

Dalam butir ini saya ingin memperkenalkan satu istilah baru : pemutraan (sonized). Setelah melalui semua ujian dan setelah dibangkitkan dan ditinggikan, maka sifat insani Yesus telah "diputrakan". Ini berarti sifat insani‑Nya dibawa ke dalam keputraan ilahi. Walaupun Kristus adalah Putra Allah, namun sebelum dibangkitkan, Ia mengenakan sifat insani, yang tidak ada hubungannya dengan keputraan tersebut. Pada suatu hari, Ia membawa sifat insani itu ke dalam maut, melalui maut, bahkan keluar dari maut, lalu dibangkitkan oleh kuasa hayat ilahi menurut Roh kekudusan (Rm. 1:4). Melalui proses demikian, sifat insani‑Nya diputrakan ke dalam keputraan ilahi Allah. Maka, dengan sifat insani‑Nya yang dibangkitkan dan ditinggikan, di dalam kebangkitan, Ia dilahirkan sebagai Putra sulung Allah.

Kini, Ia yang telah diputrakan sedemikian, adalah model standar kita. Model standar ini telah mencapai kesempurnaan; kesempurnaan ini memiliki sifat ilahi, juga sifat insani yang telah ditinggikan, dan yang telah membuat semua hal negatif menjadi sejarah. Kita perlu mengangkat mata kita, memandang model standar ini. Ketika kita memandang‑Nya, kita akan nampak sifat ilahi‑Nya dan sifat insani‑Nya yang telah diputrakan tadi. Semua hal negatif kini telah berada di seberang sana sungai, dan telah menjadi sejarah. Namun, model standar ini berada dalam pemuliaan dan peninggian di tepi seberang sini sungai, di mana tidak ada dosa, maut, Iblis, atau hal‑hal negatif lainnya. Sekarang ada seorang manusia di dalam kemuliaan, di dalam kesempurnaan. Kesempurnaan macam apa yang dapat dibandingkan dengan hal ini?

Apakah kesempurnaan? Kesempurnaan ialah pemuliaan. Kesempurnaan di sini ialah seorang manusia yang memiliki sifat ilahi, memiliki sifat insani, yang telah diputrakan menjadi Putra sulung Allah, dan yang sekarang berada dalam pemuliaan‑Nya. Pada diri‑Nya, semua hal negatif telah menjadi sejarah, dan ditinggalkan di seberang sana sungai. Inilah kesempurnaan, inilah pemuliaan. Dalam Perjanjian Baru, pemuliaan sama dengan kesempurnaan. Kristus, model standar ini, kini berada dalam kesempurnaan yang sedemikian, dan kita sedang dalam perjalanan mencapai kesempurnaan ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 38

No comments: