Hitstat

24 August 2015

Ibrani - Minggu 14 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 4:14; Kel. 28:9-12


Ibrani 4:14 mengatakan, "Jadi, karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita berpegang teguh pada pengakuan iman kita." Tuhan Yesus pertama‑tama diutus dari Allah kepada kita melalui inkamasi (2:14), untuk menjadi Rasul kita (3:1), Perintis, Pemimpin (2:10), yang lebih unggul daripada Musa (3:3), dan Yosua kita yang sejati (4:8) untuk membawa kita, teman‑teman sekutu‑Nya (1:9; 3:14), masuk ke dalam kemuliaan dan perhentian (2:10; 4:11). Kemudian Dia pergi kembali dari kita kepada Allah melalui kebangkitan dan kenaikan (5:5‑6) menjadi Imam Besar kita, untuk memikul kita di hadirat Allah dan untuk memenuhi semua keperluan kita (2:17‑18; 4:15). Kristus yang kita perlukan dan yang kita miliki hari ini dalam perhentian hari Sabat hidup gereja ialah Imam Besar kita. Seorang imam besar sepatutnya tidak berada di jalan‑jalan atau di padang gurun, melainkan di tempat maha kudus. Di manakah Kristus hari ini? Ia senantiasa berada di tempat maha kudus. Imam Besar kita tidak berada di mezbah untuk mempersembahkan kurban, tidak pula berada di tempat kudus, menyediakan roti sajian, menyalakan pelita, dan membakar ukupan. Ia berada di tempat maha kudus. Fungsi utama Imam Besar kita hari ini bukan di mezbah dan tempat kudus, melainkan di tempat maha kudus, yaitu tempat penyertaan dan kemuliaan Allah. Memang benar, Kristus pernah berada di atas salib, tetapi dalam Ibrani 1:3 diwahyukan bahwa pekerjaan‑Nya di atas salib itu telah selesai. Kini Ia sedang duduk di sebelah kanan Allah di surga. Selain tempat ini tidak ada tempat yang lebih dekat kepada Allah.

Kristus yang berada di tempat maha kudus ini bukan hanya Juruselamat, Penebus, Rasul, atau Pemimpin keselamatan kita, Ia pun Imam Besar kita. Apakah yang sedang Ia kerjakan di tempat yang maha kudus? Ia sedang menyuplaikan Allah ke dalam kita. Lupakanlah segala lingkungan, kelemahan, kesulitan, bahkan diri kita sendiri, dan ingatlah satu hal ini saja: Yesus Kristus hari ini berada di tempat yang maha kudus sebagai Imam Besar kita. Asalkan kita memiliki Imam Besar yang demikian, kita memiliki segala sesuatu yang kita perlukan.

Menurut Perjanjian Lama, setiap kali Imam Besar masuk ke hadirat Allah, dalam tempat maha kudus, ia harus mengenakan dua buah batu permata di atas bahunya, dan di atas batu itu terukir nama‑nama dari kedua belas suku Israel (Kel. 28:9‑12). Ia juga harus mengenakan penutup dada, yang di atasnya tercantum dua belas batu permata yang juga berukirkan nama kedua belas suku Israel (Kel. 28:15‑30). Hal itu menunjukkan bahwa seluruh umat Israel berada di atas bahu dan dada Imam Besar. Karena bahu melambangkan kekuatan dan dada melambangkan kasih sayang, hal itu melambangkan umat Allah berada di atas kekuatan Imam Besar dan dalam kasih sayang Imam Besar. Ketika Imam Besar masuk ke tempat maha kudus, ia membawa seluruh umat Allah bersamanya. Dalam pandangan Allah, ketika Imam Besar berada di tempat maha kudus, segenap umat‑Nya juga berada di sana. Demikian pula, ketika Allah memandang Kristus, Imam Besar kita, di tempat yang maha kudus, Ia pun memandang kita berada di atas bahu dan dada‑Nya. Sekarang ini juga kita berada di atas bahu dan dada‑Nya di tempat maha kudus, dan bersama‑sama Dia di dalam kemuliaan Allah.

Ketika Kristus memikul kita di hadapan Allah di tempat maha kudus, Ia juga menyuplaikan Allah ke dalam diri kita. Pengalaman atas Kristus sebagai Imam Besar yang memikul kita di atas bahu dan dada‑Nya serta yang menyuplaikan Allah ke dalam kita terjadi di tempat maha kudus, tempat kita menikmati Allah dan segala kelimpahan‑Nya. Ketika kita memasuki pengalaman semacam ini, kita sulit menyatakan di mana kita berada atau apakah yang sedang terjadi. Kita hanya dapat berkata bahwa kita sedang berada di atas bahu dan dada Imam Besar kita, dan Ia sedang menyuplaikan sesuatu ke dalam kita, sehingga kita beroleh penghiburan dan kekuatan. Pengalaman atas Kristus sebagai Imam Besar adalah pengalaman dan kenikmatan yang paling tinggi. Kita semua perlu belajar tinggal di bahu dan dada-Nya di tempat maha kudus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 27

No comments: