Hitstat

17 August 2015

Ibrani - Minggu 13 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 3:12, 15-19


Hati yang tidak percaya adalah hati yang paling jahat, yang paling berdosa terhadap Allah. Daud pernah melakukan satu dosa besar, yaitu membunuh orang dan merampas istrinya. Namun menurut pemerintahan Allah, dosanya itu tidak terlalu berat, karena itu Allah tidak membuang dia. Akan tetapi, ketidakpercayaan bani Israel di padang gurun menyebabkan Allah membuang mereka. "Ketidakpercayaan" menghina dan menentang diri Allah. Setiap dosa pasti melanggar hukum Allah yang adil, tetapi belum tentu menghina diri Allah sendiri. Namun "ketidakpercayaan" adalah dosa yang paling berat, karena langsung menentang dan menghina Allah sendiri.

Walau Allah itu hidup dan setia janji, namun hati jahat itu keras terhadap‑Nya (3:8). Di satu aspek, hati jahat itu mempunyai banyak dalih, banyak alasan; di aspek lain, hati jahat itu juga degil, tanpa aturan, sebab telah membeku, telah meninggalkan jalan benar, tanpa mengerti prinsip Allah atau jalan Allah, bahkan mencobai Allah (3:9). Pada akhimya, hati yang demikian selain menipu dirinya sendiri juga akan tertipu (3:13). Itulah keadaan hati yang jahat. Hati jahat ini selalu berawal dari mengeraskan hati. Jika hati kita menjadi keras, sangatlah berbahaya! Kita perlu senantiasa memohon Allah untuk melunakkan hati kita, dengan berkata, "Tuhan, belas kasihanilah aku. Lunakkan hatiku dan jangan biarkan hatiku menjadi keras."

Hati yang jahat melahirkan ketidakpercayaan, dan ketidakpercayaan berdalih menurut konsepsi alamiah, bukan menurut prinsip Allah. Perhatikan alasan yang dipakai bani Israel dalam Bilangan 13:31‑33. Alasan mereka mengandung unsur‑unsur dusta. Karena mereka berkata, "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya." Ini adalah dusta. Yosua dan Kaleb sebaliknya berkata, "Janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka" (Bil. 14:9). Perkataan Yosua dan Kaleb barulah yang benar. Namun, bani Israel tidak berdalih berdasarkan kebenaran, melainkan berdasarkan dusta, tanpa mengindahkan jalan Allah.

Ketidakpercayaan mendatangkan ketidaktaatan, ketegaran, dan pemberontakan (Ibr. 3:18), dan membangkitkan amarah Allah (3:8, 16). Karena tidak percaya, bani Israel akhimya murtad terhadap Allah yang hidup. Walaupun Allah itu hidup dan setia janji, namun ketidakpercayaan menyebabkan kita meninggalkan Allah. Bila kita meninggalkan Allah, bagaimana Ia bisa berbuat apa‑apa lagi untuk kita? Karena bani Israel tidak percaya, mereka tidak dapat memasuki perhentian, bahkan jatuh dan mati di padang gurun (3:18‑19). Allah bersumpah bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam, perhentian‑Nya, "mayatnya bergelimpangan di padang gurun." (3:17). Betapa seriusnya akibat hati jahat yang tidak percaya itu! Allah dipaksa sedemikian rupa sehingga tidak dapat berbuat apa‑apa lagi bagi bani Israel, sebab Ia tidak dapat mengingkari prinsip‑Nya sendiri, Ia pun tidak dapat menentang diri‑Nya sendiri. Jangan sekali‑kali kita melanggar Allah hingga Ia tidak dapat berbuat apa‑apa di atas diri kita. Hal ini sangat mengerikan!


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 25

No comments: