Hitstat

22 August 2015

Ibrani - Minggu 13 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Yoh. 3:6; Rm. 8:16; Gal. 6:18


Kaum beriman Ibrani telah mengalami keselamatan tahap pertama, namun mereka bimbang dalam tahap kedua. Karena kebimbangan pikiran, mereka lalu terombang-ambing dalam jiwa, dan berada dalam bahaya hanyut kembali ke tahap pertama. Surat Ibrani ditulis dengan maksud mengingatkan serta mendorong mereka supaya maju terus ke depan memasuki tahap ketiga, yakni perhentian tanah permai (Ibr. 4:11) dan tempat yang maha kudus di dalam roh. (Ibr. 10:19‑20). Memasuki perhentian tanah permai adalah memasuki hidup gereja, yang memungkinkan kita untuk memasuki kerajaan yang akan datang. Memasuki tempat yang maha kudus berarti berada di dalam roh. Memasuki perhentian hari Sabat maupun memasuki hidup gereja yang tepat adalah masalah di dalam roh kita. Hari ini takhta dan tempat maha kudus berada di surga dan berhubungan dengan roh kita. Karena itu, roh kita adalah suatu tempat yang paling penting. Di dalam roh kita ini terdapat tempat kediaman Allah, tangga surgawi, pintu surga, takhta Allah, dan tempat maha kudus. Di dalam roh kita ini, kita menikmati hidup gereja serta perhentian hari sabat masa kini, dan yang akan memasukkan kita ke dalam perhentian hari sabat kerajaan akan datang.

Dalam 4:11 Penulis mengatakan, "Karena itu, baiklah kita berusaha masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan yang sama." Karena perhentian yang dibicarakan dalam potongan firman ini adalah Kristus yang almuhit, maka "jatuh" di sini berarti jatuh dari Kristus, lepas dari Kristus (Gal. 5:4). Di sini, dalam kitab ini, yang menjadi bahaya adalah kaum beriman Ibrani tidak mau meninggalkan agama lama mereka yang berdasarkan hukum Taurat, juga tidak mau maju kepada kenikmatan atas Kristus sebagai perhentian mereka. Penulis kitab ini dengan sungguh‑sungguh mendorong mereka untuk menjadi teman-teman sekutu Kristus, maju bersama Kristus dan masuk ke dalam perhentian, agar mereka sebagai orang‑orang yang berbagian dalam‑Nya, dapat menikmati Kristus sebagai perhentian mereka. Ibrani 3:7‑4:11 mengisahkan betapa dahulu umat Israel karena jatuh tidak bisa masuk ke dalam perhentian tanah permai. Kita telah melihat adanya tiga tempat yang berkaitan dengan mereka : Mesir, padang gurun, dan Tanah Kanaan. Sejarah mereka dalam ketiga tempat ini melambangkan tiga tahap partisipasi mereka dalam keselamatan sempurna Allah. Ini melambangkan partisipasi kita, kaum beriman Perjanjian Baru, dalam keselamatan sempurna Allah. Dalam tahap pertama, kita menerima Kristus, ditebus, dan dilepaskan dari dunia. Dalam tahap kedua, kita menjadi pengembara‑pengembara dalam mengikuti Tuhan; pengembaraan ini selalu terjadi di dalam jiwa kita. Dalam tahap ketiga, kita berbagian dan menikmati Kristus sepenuhnya; hal ini kita alami di dalam roh kita. Ketika bangsa Israel mengembara di padang gurun, mereka selalu bersungut‑sungut, bertengkar dan menyalahkan orang; hal ini pasti terjadi di dalam jiwa mereka, bukan di dalam roh mereka. Tetapi Kaleb dan Yosua percaya kepada firman Allah, taat kepada Tuhan, dan maju menuju sasaran; hal ini pasti tidak terjadi di dalam jiwa mereka, melainkan di dalam roh mereka. Pada saat itu, para penerima kitab ini, kaum beriman Ibrani, sedang kebingungan, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan terhadap agama Ibrani mereka yang lama. Kebingungan di dalam pikiran mereka ini adalah suatu pengembaraan di dalam jiwa mereka, bukan suatu pengalaman akan Kristus di dalam roh mereka. Karena itu, penulis kitab ini mengatakan bahwa firman Allah, yaitu apa yang dikutip dari Perjanjian Lama, dapat menusuk ke dalam kebingungan mereka seperti sebuah pedang tajam bermata dua, dan memisahkan jiwa mereka dari roh mereka. Sama seperti sumsum itu tersembunyi di dalam sendi‑sendi, begitu juga roh tersembunyi di dalam jiwa. Pemisahan sumsum dari sendi‑sendi terutama memerlukan peremukan sendi‑sendi. Jiwa kaum beriman Ibrani beserta pikirannya yang kebingungan, keraguannya terhadap jalan keselamatan Allah, dan pertimbangannya akan kepentingannya sendiri, harus diremukkan oleh firman Allah yang hidup, berkhasiat, dan menusuk, sehingga roh mereka dapat dipisahkan dari jiwa mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 26

No comments: