Hitstat

14 August 2015

Ibrani - Minggu 12 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 10:25-26


Mari kita melihat peringatan keempat. Ibrani 10:26 mengatakan, "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk menghapus dosa itu." Perkataan "sengaja berbuat dosa" dalam ayat 26 mengacu kepada "menjauhkan dirii dari pertemuan-pertemuan ibadah" dalam ayat 25. Peringatan ini bagi kaum beriman Ibrani sangatlah serius. Ketika Surat Ibrani ditulis, banyak orang Kristen Ibrani sedang berada di persimpangan antara agama Yahudi dengan gereja, mereka tidak tahu apakah harus meninggalkan gereja dan kembali kepada agama Yahudi atau meninggalkan dan maju bersama gereja. Di manakah gereja berada? Gereja berada dalam pertemuan ibadah yakni dalam sidang‑sidang orang Kristen. Bagi kaum beriman Ibrani, tidak berhimpun bersama kaum beriman dalam Kristus berarti meninggalkan gereja. Kalau orang‑orang Kristen Ibrani yang bimbang itu meninggalkan sidang‑sidang gereja, berarti mereka sengaja berbuat dosa, setelah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Inilah arti yang tepat dari "tidak ada lagi kurban untuk menghapus dosa itu" Di sini tidak dikatakan jika kita berbuat dosa, tidak akan diampuni, melainkan berarti semua lambang telah berlalu, karena telah diganti oleh Kristus dan orang beriman Ibrani harus berada dalam gereja, jangan berhenti bersidang. Bila mereka meninggalkan gereja dan kembali kepada Yudaisme untuk mempersembahkan kurban penghapus dosa, itu berarti mereka sengaja berbuat dosa. Persembahan kurban mereka sia‑sia belaka, sebab dalam ekonomi Allah kurban penghapus dosa yang demikian tidak ada lagi.

Sekarang mari kita tinjau peringatan kelima dalam Ibrani 12. Ayat 5 mengatakan, "Sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak‑anak? Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan (ganjaran) Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan‑Nya" Didikan atau ganjaran di sini ditujukan kepada sejenis pendisiplinan. Ayat 6 mengatakan, "Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi‑Nya, dan Ia mencambuk orang yang diakui‑Nya sebagai anak." Banyak orang ketika masih kecil pernah dipukul oleh orang tuanya, begitu pula Bapa kita juga mencambuk anak‑anak‑Nya. Ayat 7, "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" Seorang ayah akan menghajar anaknya sendiri, bukan anak orang lain yang ada di jalan. Kalau Allah menghajar kita tidak berarti kita akan kehilangan keselamatan yang kekal. Sebaliknya, semakin sering menerima hajaran, seorang anak akan semakin aman. Ayat 8 mengatakan, "Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka ka­mu adalah anak‑anak haram, dan bukan anak‑anak yang sah." Saya takut kalau Allah Bapa tidak menghajar saya, mungkin saya adalah anak haram, bukan anak sah. Ayat 9, "Selanjutnya : Dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?" Menaati Bapa segala roh akan menyebabkan kita memperoleh hayat lebih banyak. Ayat 10 mengatakan, "Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang singkat sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan‑Nya." Beroleh bagian dalam kekudusan Allah adalah beroleh bagian dalam sifat kudus‑Nya. Hal ini juga menyiratkan pertumbuhan hayat. Ganjaran yang kita terima adalah untuk membantu pertumbuhan kita.

Menerima pendisiplinan bukan berarti binasa. Boleh jadi seorang ayah berkata kepada anaknya, "Kalau kamu tidak berkelakuan baik, kamu akan kuhukum." Namun ini tidak berarti anaknya akan dibinasakan. Saat menghajar anaknya, seorang ayah bukan bermaksud membunuhnya. Jangan mengira menerima hukuman Bapa yang di surga bisa mempengaruhi keselamatan kekal kita. Ketika Ia menghajar kita, keselamatan kita malah akan menjadi lebih mantap, sebab Ia telah memperlakukan kita sebagai anak bukan sebagai anak haram.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 24

No comments: