Hitstat

08 May 2015

Titus - Minggu 2 Jumat



Pembacaan Alkitab: Titus 2:9-15


Dalam 2:10 Paulus berbicara tentang "Allah Juruselamat kita". Juruselamat kita bukan hanya Kristus, lebih-lebih Allah Tritunggal yang menjelma dalam Kristus, seperti yang ditunjukkan dalam ayat 13. Allah Juruselamat kita bukan hanya ingin menyelamatkan kita, tetapi juga ingin mengajarkan pengetahuan yang penuh akan kebenaran kepada kita (1 Tim. 2:4). Jadi, di sini disebutkan ajaran Allah Juruselamat kita, yang dapat dipercantik, dihias dengan karakter yang telah diubah dari orang yang paling hina, yang diselamatkan oleh anugerah-Nya.

Ayat 11-14 memberi kita suatu ringkasan dari ekonomi keselamatan Allah. Rasul memakai ini sebagai alasan dari nasihat yang diberikannya dalam ayat 1-10. Ayat 11 mengatakan, "Karena anugerah Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Anugerah Allah sebenarnya adalah diri Allah dalam Kristus sebagai segala sesuatu kita untuk kita nikmati. Anugerah ini memainkan peranan yang sangat penting dalam ekonomi keselamatan Allah. Anugerah datang oleh Kristus (Yoh. 1:17). Anugerah ini telah diberikan kepada kita dalam kekekalan (2 Tim. 1:9), tetapi dalam Perjanjian Lama anugerah ini masih tersembunyi. Sampai Perjanjian Baru, anugerah ini ternyata melalui penyataan Kristus kali pertama (2 Tim. 1:10), yang membawakan keselamatan kepada semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.

Dalam ayat 12 Paulus mengatakan bahwa anugerah Allah mendidik kita "supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini". Keinginan-keinginan duniawi mengacu kepada hawa nafsu yang mendapatkan kepuasannya di dalam di dunia ini. Kefasikan adalah tidak adanya ekspresi Allah; hawa nafsu duniawi adalah ekspresi daging kita. Keduanya ini harus ditolak agar kita dapat menempuh hidup yang mengekspresikan Allah dan membatasi daging. Hidup dengan bijaksana ditujukan kepada diri kita; adil ditujukan kepada orang lain; dan ibadah ditujukan kepada Allah. Oleh anugerah Allah kita sedang dilatih hidup dengan bijaksana, adil, dan beribadah. Hal ini menuntut kita menyangkal kefasikan dan hawa nafsu duniawi. Kefasikan adalah suatu kehidupan yang tidak mengekspresikan Allah. Kita seharusnya tidak melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan yang gagal mengekspresikan Allah. Selanjutnya, kita harus meninggalkan apa pun yang menarik kita ataupun menyeret kita kepada hal-hal duniawi. Dengan menjauhkan kefasikan dan hawa nafsu duniawi, kita seharusnya menempuh suatu kehidupan yang bijaksana terhadap diri kita sendiri, adil terhadap orang-orang lain, dan beribadah terhadap Allah.

Dalam ayat 13 Paulus meneruskan, "Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh berkat dan penampakan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Kristus Yesus." Kita harus menantikan dengan penuh harapan apa yang telah kita terima dengan iman. Menurut ayat 13, kita sedang menantikan pengharapan yang penuh bahagia, yaitu penyataan Kristus dalam kemuliaan-Nya. Penyataan Kristus akan membawa kita ke dalam keputraan yang penuh, yaitu penebusan tubuh kita, agar kita dapat menikmati kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah, yang untuknya kita diselamatkan (Rm. 8:21-25). Inilah pengharapan akan hidup yang kekal (1:2), pengharapan akan berkat kekal, pengharapan yang penuh bahagia dalam hayat kekal Allah Tritunggal, yang menjadi dasar kerasulan Paulus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Titus, Berita 4

No comments: