Hitstat

28 May 2015

Ibrani - Minggu 1 Kamis



Pembacaan Alkitab: Ibr. 1:1-2; Yoh. 1:1, 4


Yang ditekankan dalam surat ini adalah Allah yang telah berbicara, bukan manusia. Karena itu, surat ini tidak mencantumkan penulisnya, bahkan nama pembicara dari kutipan‑kutipan Perjanjian Lama juga tidak disebut. Menu­rut konsepsi surat ini, seluruh Kitab Suci adalah pembi­caraan Allah. Maka, dalam mengacu kepada Perjanjian Lama, surat ini selalu mengatakan bahwa itu adalah pem­bicaraan Roh Kudus (3:7; 9:8; 10:15‑17).

Kita perlu melihat masalah pembicaraan Allah ini. Jika dalam alam semesta ada Allah, apakah yang pertama-­tama akan Ia lakukan? Sudah tentu, perkara pertama yang akan Ia lakukan ialah berbicara. Jika Allah itu hidup, tentu Ia berbicara. Kalau Ia itu riil, maka pembicaraan‑Nya akan menyatakan realitas‑Nya. Kalau Ia bergerak, Ia pun bergerak melalui bicara. Jika Ia bekerja, pasti juga melalui pembicaraan‑Nya.

Apakah pembicaraan Allah itu? Pembicaraan Allah bu­kan sekadar kata‑kata belaka, tetapi juga hembusan atau nafas‑Nya. Ketika Allah berbicara kepada Anda, Ia meng­hembuskan diri‑Nya ke dalam Anda. Bila Allah berbicara kepada Anda, Ia masuk ke dalam Anda. Karena itu, bila Anda mendengar pembicaraan Allah, menerima firman Allah, Anda akan memiliki suatu kaitan atau hubungan dengan Allah. Allah sering memakai pembicaraan‑Nya untuk mengganggu kita. Entah sudah berapa kali saya diganggu oleh pembicaraan‑Nya. Jika Anda ingin menghindar dari keterkaitan Anda dengan Allah, lebih baik tutup saja telinga An­da terhadap pembicaraan‑Nya. Allah senantiasa berbicara. Ia tidak pernah menelan perkataan‑Nya sendiri. Begitu Ia menghembuskan firman‑Nya, Ia tidak akan menariknya kembali. Mungkin Allah berkata kepada Anda, "Temuilah istrimu dan minta maaf kepadanya!" Anda boleh jadi akan membantah, "Mengapa aku harus minta maaf kepadanya? Aku tidak mau." Namun, perkataan itu mendengung terus, "Ayo, pergi minta maaf" Ada orang yang tidak menaati per­kataan dari Tuhan itu bersaksi bahwa dalam mimpinya ia bahkan sampai mengigau, "Ayo, pergi minta maaf" Istrinya terbangun dan bertanya, "Apa maksudmu minta maaf?" Allah berbicara kepada saudara itu menyuruhnya minta maaf ke­pada istrinya, tetapi ia tidak menaatinya. Maka akhirnya, dalam mimpi pun ia mengigau, "Ayo, pergi minta maaf" Pembicaraan Allah memang terus‑menerus.

Begitu firman Allah keluar dari mulut‑Nya, tidak ada yang bisa mengembalikannya kepada‑Nya. Mungkin Anda tidak mau menaati apa yang Ia katakan pada masa hidup Anda sekarang, tetapi pada masa kelak, harus Anda turuti juga. Setiap manusia harus percaya kepada apa yang Allah katakan. Hari ini boleh saja mereka tidak mau percaya, namun di alam kekal nanti, mereka harus percaya juga.

Allah telah berbicara bahkan masih berbicara. Kita tahu Allah itu riil karena Ia berbicara. Dari pembicaraan­Nya pula, kita tahu Ia sedang bekerja dalam pemulihan­Nya. Walaupun saya sudah menjadi orang Kristen sekian lama, tetapi tidak pernah saya mendengar Allah berbicara sebanyak hari ini di antara kita. Satu Samuel 3:1 menga­takan bahwa pada masa itu firman Tuhan jarang. Hari ini firman Tuhan tidak jarang! Dalam pemulihan Tuhan hari ini, firman Allah berlimpah‑limpah dan berlipat ganda. Da­ri hari ke hari, dari satu sidang ke sidang lainnya, Allah terus berbicara. Tidak tahukah Anda bahwa Allah sedang berbicara? Pembicaraan‑Nya membuktikan bahwa Ia se­dang bekerja.

Setiap orang di antara kita pasti sedikit banyak meng­alami Allah berbicara. Namun banyak orang Kristen yang tidak berada dalam pemulihan Tuhan mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang kita ucapkan ketika kita bersaksi bahwa kita mengalami Allah berbicara dengan berlimpah‑limpah. Bila hal ini kita jelaskan kepada mereka, mereka boleh jadi berkata, "Kami sudah sangat lama tidak mendengar Allah berbicara." Apa sebabnya di antara sekian banyak orang Kristen itu tidak ada pembicaraan Allah? Se­bab di antara mereka tidak terdapat pergerakan dan peker­jaan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 2

No comments: