Pembacaan Alkitab: 2 Tim. 2:16-26
Dalam ayat 23 Paulus mengatakan,
"Hindarilah persoalan-persoalan yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak
layak. Engkau tahu bahwa persoalan-persoalan itu menimbulkan
pertengkaran." Kata "bodoh" di sini juga berarti tolol, dungu.
Kata "tidak layak" menunjukkan hal-hal yang tidak terdidik, tidak
disiplin, tidak terlatih; berarti tidak taat kepada Allah, hanya menuruti
pikiran dan kemauan diri sendiri (Darby). Kata "menimbulkan" berarti
meneruskan, melahirkan. Kita harus menolak soal-soal bodoh semacam itu, karena
hal-hal itu bersumber dari Iblis, si ular. Bertahun-tahun yang lalu saya
membaca tulisan seseorang yang menyatakan mungkin si ular berdiri dalam bentuk
tanda tanya ketika ia berbicara dengan Hawa. Ia bertanya kepada Hawa dengan
perkataan, "Bukankah Allah berfirman?" (Kej. 3:1 Tl.). Semua soal
yang bodoh berasal dari ular itu. Jadi, kita harus menolak soal-soal yang bodoh
dan tidak layak, soal-soal yang menimbulkan pertengkaran. Persoalan-persoalan
itu selalu timbul dari sumber yang jahat, si ular itu.
Dalam ayat 24 Paulus melanjutkan,
"Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah
terhadap semua orang. Ia harus pandai mengajar, sabar." Bila orang
menyalahi Anda, tidak sepatutnya Anda sedih atau tersinggung. Sebaliknya,
sebagai hamba Tuhan, Anda seharusnya ramah dan sabar.
Dalam ayat 25 Paulus melanjutkan,
"Dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab
mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin
mereka sehingga mereka mengenal kebenaran." Kata "bertobat" yang
dipakai Paulus menunjukkan bahwa ada masalah dalam hati dan hati nurani dari
orang-orang yang menentang kebenaran (truth). Kebenaran adalah wahyu Allah yang
hidup beserta ekonomi-Nya (kehendak hati-Nya). Untuk menerima wahyu ilahi, hati
dan hati nurani perlu dilatih sehingga benar terhadap Allah. Hati harus
berpaling kepada Allah, hanya tertuju kepada-Nya, dan hati nurani harus bersih
dan tak bercela di hadapan-Nya. Kalau tidak, ia bisa ditawan oleh Iblis, dan
jatuh ke dalam jeratnya (ayat 26).
Dalam ayat 25 kembali Paulus
menyinggung pengetahuan yang penuh tentang kebenaran. Paulus tidak hanya
berbicara tentang pengetahuan penuh tentang Alkitab atau pengetahuan penuh
tentang doktrin dan ajaran. Ia menekankan pertobatan kepada pengetahuan yang
penuh tentang kebenaran. Penyuntik harus memikul beban untuk menuntun,
mengoreksi dengan lembut orang-orang yang suka melawan dengan harapan agar
mereka diterangi, bertobat, dan kembali kepada pengetahuan yang penuh tentang
kebenaran.
Adalah mungkin, orang-orang yang
bertobat "sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah
mengikat mereka pada kehendaknya" (ayat 26). Menurut Vincent, sadar
kembali berarti siuman kembali, sadar dari keadaan yang mabuk. Paulus memakai ungkapan
"jerat Iblis" untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang menentang
kebenaran telah ditawan oleh Iblis dan jatuh ke dalam jeratnya. Musuh Allah
telah memenuhi pikiran mereka yang terkutuk dengan kesalahan dan menutupnya
terhadap Allah, seperti yang Iblis lakukan terhadap orang-orang Farisi (Yoh.
8:42-45). Mereka perlu memalingkan hati mereka kepada Allah, dan juga
menanggulangi hati nurani mereka dengan tuntas.
Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Timotius,
Berita 4
No comments:
Post a Comment