Hitstat

10 April 2015

2 Timotius - Minggu 2 Jumat



Pembacaan Alkitab: 2 Tim. 2:16-26


Dalam ayat 20 Paulus melanjutkan, "(Tetapi) dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." Apa yang Paulus maksudkan dengan ungkapan "rumah yang besar"? Dalam rumah yang besar ini tidak hanya ada perabot dari emas dan perak, tetapi juga perabot kayu dan tanah, dan beberapa digunakan untuk maksud yang mulia dan yang lain untuk maksud yang kurang mulia. Saya telah menghabiskan banyak waktu memikirkan perkara ini di hadapan Tuhan. Rumah Allah yang disebut dalam 1 Timotius 3:15-16 sebagai gereja yang sejati dalam hakiki ilahi dan karakter esensialnya telah menjadi dasar kebenaran, tetapi rumah besar di sini mengacu kepada gereja yang telah merosot dalam karakternya yang campur aduk, seperti yang digambarkan dengan pohon besar yang abnormal dalam Matius 13:31-32. Di dalam rumah besar ini tidak hanya ada perabot yang terhormat (mulia, LAI), juga ada perabot yang hina (kurang mulia, LAI). Jadi, kita tidak dapat percaya bahwa rumah besar dalam ayat ini mengacu kepada gereja sebagai rumah Allah yang hidup dalam 1 Timotius 3:15. Rumah besar ini jelas bukan rumah Allah yang hidup. Rumah Allah yang hidup adalah rahasia besar ibadah dan juga Allah ternyata dalam daging. Bagaimana rumah Allah yang hidup bisa memiliki perabot yang kurang mulia (hina)? Sebab itu, rumah besar ini pasti mengacu kepada dunia kekristenan (agama Kristen). Selanjutnya, rumah besar ini sama dengan pohon besar dalam Matius 13. Gereja sejati hari ini adalah rumah Allah yang hidup, sedangkan kekristenan yang abnormal adalah rumah besar. Betapa besarnya rumah yang tidak normal hari ini! Seperti halnya banyak burung najis bersarang di pohon besar, demikianlah dalam rumah yang besar itu ada perabot-perabot yang hina, perabot kayu dan tanah. Dalam gereja yang sejati hanya ada perabot emas dan perak.

Dalam ayat 21 selanjutnya Paulus mengatakan, "Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah yang terhormat (LAI: untuk maksud yang mulia), ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang baik." Menyucikan diri kita adalah mengacu kepada "meninggalkan kejahatan" (ayat 19), sebagai bukti yang di luar dari sifat ilahi yang di dalam. Kata "hal-hal yang jahat" dalam ayat 21 mengacu kepada perabot yang hina, termasuk orang-orang yang disebut dalam ayat 16-18. Kita seharusnya tidak hanya membersihkan diri kita dari hal-hal yang jahat, tetapi juga dari perabot yang hina. Kalau kita membersihkan diri kita dari hal-hal dan orang-orang yang negatif itu, kita akan menjadi perabot yang terhormat, dikuduskan, dipandang layak bagi Tuan kita, dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang baik. Terhormat, berharga, adalah masalah sifat hakiki, kudus adalah masalah posisi, layak adalah masalah fungsi, dan disediakan adalah masalah pelatihan.

Ayat 22 melanjutkan, "Sebab itu, jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan (iman), kasih dan damai sejahtera bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." Timotius tidak hanya harus berjaga-jaga terhadap kerusakan luaran dari gereja-gereja, tetapi juga harus berwaspada terhadap nafsu dari dalam diri sendiri. Ia harus menghindari kerusakan yang dari luar, juga harus menjauhi nafsu yang dari dalam. Selanjutnya, ia harus mengejar keadilan, iman, kasih, dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Adil adalah terhadap diri sendiri, iman adalah terhadap Allah, dan kasih adalah terhadap orang lain; damai adalah hasil dari ketiga kebajikan tersebut.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Timotius, Berita 4

No comments: