Hitstat

28 February 2015

1 Timotius - Minggu 2 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 2:8-15


Dalam ayat 15 Paulus menyebutkan iman, kasih, dan kekudusan. Iman adalah untuk menerima Tuhan (Yoh. 1:12), kasih adalah untuk menikmati Tuhan (Yoh. 14:21, 23), dan kekudusan adalah mengekspresikan Tuhan melalui pengudusan. Melalui iman kita menerima Tuhan dan karenanya menyenangkan hati Allah (Ibr. 11:6), melalui kasih kita menikmati Tuhan dan karenanya memelihara firman Tuhan (Yoh. 14:23), dan melalui kekudusan kita mengekspresikan Tuhan dan karenanya bisa melihat Tuhan (Ibr. 12:14).

Dalam berita ini saya memiliki beban yang khusus terhadap perihal "kesopanan", satu kebajikan yang sangat penting bagi seorang perempuan. Dalam beberapa keluarga ada yang kurang menekankan perihal kesopanan. Baik anak laki-laki maupun perempuan dibesarkan dan dididik dengan cara yang sama. Kesopanan adalah kebajikan yang menekankan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang telah saya tunjukkan, kata Yunani yang diterjemahkan "sopan" dalam 2:9 secara harfiah adalah "tahu malu", yaitu dikendalikan atau terikat oleh rasa malu yang terhormat.

Kesopanan adalah pengaman dan pelindung yang besar bagi perempuan. Tidaklah benar mengajar anak perempuan dengan cara yang sama dengan anak laki-laki. Anak laki-laki boleh membuka diri dalam situasi tertentu, sebaliknya anak perempuan tidak boleh. Bila tidak, perempuan tidak akan mempunyai perlindungan. Tidak adanya perlindungan dapat membuka jalan bagi percabulan. Jika para wanita karier mempunyai kebajikan kesopanan, mereka akan bebas dari hubungan yang tidak tepat dengan laki-laki rekan sekantornya. Seorang perempuan yang bekerja di kantor dapat dengan mudah berhubungan secara tidak wajar dengan laki-laki lain bila ia tidak mempunyai penutup yang tepat, yaitu kesopanan yang seharusnya ada, rasa tahu malu, yang membuatnya menjaga jarak yang pantas.

Dalam hidup gereja, saudara saudari mempunyai kontak yang cukup banyak satu dengan lainnya untuk bersekutu. Dalam persekutuan demikian ini para saudari perlu memakai penutup moral, etika, dan rohani yang dikenal sebagai kesopanan. Dalam semua kontak mereka dengan para saudara, para saudari hendaknya ditutupi dengan "jubah" kesopanan. Ini adalah pengaman dan pelindung yang besar.

Selain kesopanan, para saudari perlu penguasaan diri (2:9). Ketika seorang saudari mempraktekkan kesopanan, ia harus menguasai diri. Dia tidak seharusnya bodoh, melainkan berpikiran jernih dan hati-hati. Ia harus jelas mengenai perkaranya dan memiliki daya pembeda yang tajam. Saudari hendaknya tenang, tetapi bukan tanpa penguasaan diri dan daya pembeda. Saudari harus tenang dengan penguasaan diri, bukan tenang dengan bodoh. Ketika saudari melatih dirinya agar tenang dan tidak melanggar kedudukannya, ia perlu daya pembeda yang tajam di dalam batin. Langit rohaninya harus cerah, tanpa awan atau asap. Dengan demikian ia akan jernih, hati-hati, dan bijaksana.

Kedua kebajikan ini, kesopanan dan penguasaan diri, sangat penting sekali dalam hidup gereja. Para saudari hendaknya menghadiri sidang-sidang gereja agar memperoleh pengenalan penuh akan kebenaran. Pengenalan ini akan membuat mereka memiliki penguasaan diri dalam pengertian. Kemudian, mengikuti kesopanan, mereka akan memiliki apa yang disebut Paulus "pengudusan dengan penguasaan diri" (2:15 Tl.). Mereka tidak akan kudus dengan cara bodoh, tanpa pengenalan sama sekali. Sebaliknya, mereka akan kudus dalam pengenalan, pengertian, dan daya pembeda yang penuh.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 4

No comments: