Hitstat

06 October 2014

Kolose - Minggu 28 Senin



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:16-19


Dalam Kitab Kolose Kristus tidak saja diwahyukan sebagai Sang almuhit (meliputi segala sesuatu), juga Sang alwasi (memenuhi segala sesuatu, luas tak terbatas). Kealwasian-Nya bersifat alam semesta. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa dalam Kolose 2:16-17 Dia ditampilkan sebagai wujud, substansi dari segala bayangan. Kristus adalah realitas segala hal positif dalam alam semesta. Ini menjadikan Dia almuhit dan alwasi.

Menurut wahyu dalam Kitab Kolose, Kristus yang alwasi dan almuhit ini adalah segala sesuatu bagi kita. Walaupun kealwasian Kristus bersifat alam semesta, tetapi Dia seharusnya menjadi pengalaman kita sehari-hari. Kita harus mengalami Dia dalam kehidupan dan perilaku kita sehari-hari. Dari hari ke hari Kristus yang alwasi dan almuhit ini harus menjadi sejati, riil, dan dapat kita alami. Di satu aspek, dalam Kitab Kolose Paulus menampilkan wahyu tentang Kristus yang alwasi, tetapi di aspek lain, dia membicarakan tentang pengalaman kita atas Kristus ini secara terperinci.

Kolose 2:16 mengatakan, “Karena itu, jangan biarkan orang menghakimi kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat.” Ketika menulis kata-kata ini, Paulus dengan bijaksana menunjukkan perkara-perkara yang berkaitan dengan kenikmatan kita tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun. Makan dan minum adalah perkara tiap hari, memelihara hari Sabat adalah perkara tiap pekan, memelihara bulan baru adalah perkara tiap bulan, dan menikmati hari raya tertentu itu adalah perkara tiap tahun. Ketika menyebutkan hal-hal ini, Paulus menunjukkan bahwa apa pun yang kita nikmati tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun, semuanya harus merupakan kenikmatan atas Kristus. Jika tidak, kita akan ditipu dan dirampas dari Kristus, dijauhkan dari Kristus. Sebagai contoh, ketika Anda makan siang, Anda haruslah memahami bahwa makanan jasmaniah Anda adalah bayangan Kristus sebagai makanan yang sejati. Kristus adalah wujud, substansi dari bayangan ini. Kita harus mengetahui hal ini tidak saja secara doktrinal, tetapi juga dalam pengalaman. Ketika Anda diundang ke restoran untuk makan, jangan pergi ke situ hanya untuk menikmati bayangan, tetapi pergilah untuk menikmati Kristus.

Sangatlah bermakna bahwa setelah berbicara tentang Kristus sebagai wujud dari bayangan, Paulus terus berkata, “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu (pahalamu) digagalkan oleh orang” (ayat 18). Menurut konteksnya, pahala ini ialah kenikmatan atas Kristus sebagai wujud dari bayangan itu. Kenikmatan atas Kristus benar-benar adalah suatu pahala.

Kita perlu memeriksa apakah kita telah mengalami dan menikmati Kristus dengan praktis tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun. Mungkin saja kita seperti orang-orang Kolose, yang telah tertipu atau dirampas juga dari pahala kita. Satan, Iblis itu, mungkin telah menipu kita dari Kristus, dan kita mungkin tidak menyadarinya. Pernah sekali tas saya yang berisi paspor dicuri dari samping tempat duduk saya ketika saya bercakap-cakap dengan seseorang di sebuah kantor penerbangan. Tetapi pada saat kemalingan itu saya tidak menyadari apa-apa. Tas saya telah dirampas, tetapi saya sama sekali tidak menyadari hal tersebut. Demikian pula, kita boleh jadi tidak menyadari bahwa musuh telah menipu atau merampas kita dari kenikmatan kita atas Kristus. Kita mungkin telah kehilangan kenikmatan atas Kristus tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun, bahkan tanpa menyadarinya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 55

No comments: