Hitstat

12 August 2014

Kolose - Minggu 20 Selasa



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:13; 3:4


Di samping mengapresiasi hayat alamiah, kita pun telah terbiasa menggunakannya, yaitu terbiasa hidup menurut hayat alamiah. Kita telah bertahun-tahun terbiasa hidup oleh hayat pribadi kita. Lagi pula, kita bahkan telah berusaha untuk “memperbaiki” hayat alamiah. Melalui latihan- latihan yang kita terima di rumah, hayat alamiah kita telah sedikit banyak diperbaiki. Kemudian, diperbaiki lebih lanjut melalui pendidikan dan agama. Kita harus mengakui bahwa hayat alamiah kita bahkan telah diperbaiki melalui partisipasi kita di dalam gereja lokal. Seorang saudara yang telah berada dalam gereja beberapa tahun memang jauh lebih “baik” daripada sebelum ia memasuki hidup gereja. Dalam hidup gereja dapat kita jumpai beberapa orang yang paling “baik” di seluruh negeri ini. Akan tetapi, gereja tidak melaksanakan usaha perbaikan yang demikian, melainkan harus mengakhiri dan mengubur hayat alamiah. Namun kebanyakan dari kita belum dikubur oleh gereja, sebaliknya, kita malah diperbaiki. Sebelum Anda memasuki hidup gereja, mungkin Anda seperti kuningan yang belum digosok. Tetapi sekarang, karena Anda telah diperbaiki oleh hidup gereja, Anda kelihatan seperti kuningan yang telah digosok hingga berkilauan. Walau kuningan yang telah digosok itu nampaknya seperti emas, tetapi itu bukanlah emas. Demikian pula, walau hayat alamiah kita boleh diperbaiki dan digosok, ia tetap bukan Kristus. Dalam gereja-gereja lokal banyak sekali kuningan yang diperbaiki, dan terlalu sedikit emas. Terlalu banyak hayat alamiah dan tidak banyak Kristus.

Bila kita tidak memperhidupkan Kristus, kita akan hidup menurut filsafat pribadi kita. Ketika saya mengatakan kepada kaum beriman bahwa mereka perlu diseimbangkan dan ditundukkan dalam kehidupan pernikahan mereka, saya memberi mereka filsafat, bukan kekayaan Kristus. Pada waktu itu filsafat saya adalah suatu campuran antara Alkitab dengan ajaran etis tertentu yang saya terima sejak kecil. Karena itu, yang saya persekutukan kepada kaum beriman mengenai masalah pernikahan itu adalah kebudayaan, bukan Kristus. Pada aspek-aspek tertentu memang filsafat saya baik sekali. Saya dapat membelanya dengan menampilkan ayat-ayat Perjanjian Baru yang menyatakan istri harus patuh kepada suami, dan suami harus mengasihi istri.

Jika kita ingin menikmati Kristus dan mengalami Dia melalui menjadi satu roh dengan-Nya, kita harus beralih dari semua standar, peraturan, ketetapan, dan prinsip yang telah kita buat bagi diri kita sendiri. Memberi tahu orang lain bahwa mereka perlu diseimbangkan dan ditundukkan berarti mempersekutukan suatu standar kepada mereka. Hari ini saya tidak menyuplaikan standar, saya hanya menyuplaikan Kristus. Saya akan menganjuri semua orang beriman untuk tidak lagi menetapkan standar dan peraturan, tetapi berkontak terus dengan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Jika Anda berwatak lamban, janganlah mencoba menjadi orang yang cepat; jika Anda cepat, jangan pula mencoba menjadi lambat. Jangan mencoba menyeimbangkan diri sendiri, perhidupkan saja Kristus. Biar Kristus yang menjadi standar, peraturan, prinsip, dan sasaran Anda.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 39

No comments: