Hitstat

09 August 2014

Kolose - Minggu 19 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Gal. 2:20


Dalam sidang gereja, kita mungkin menikmati nyanyian, “Kristus hidup di dalamku, Kristus hidup di dalamku” (Suplemen No. 120, Dia di dalamku, Dia di dalamku). Tetapi, setelah sidang itu selesai, kita memperhidupkan diri sendiri, bukan Kristus. Bukan Kristus yang hidup di dalam kita, melainkan diri kita sendiri yang menduduki kita. Tetapi bila kita nampak visi Kristus hidup di dalam kita, kita akan menghentikan semua perbuatan kita. Alangkah bahagianya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan Kristus hidup di dalam kita! Tuhan tidak menghendaki kita mencoba memperbaiki tingkah laku kita. Dia tidak menghendaki kita mencoba menjadi seorang suami atau istri yang baik. Kehidupan kristiani kita ialah Kristus hidup di dalam kita. Dalam kehidupan yang demikian, kita dan Kristus memiliki satu hayat dan satu kehidupan. Kristus hidup dalam kehidupan kita. Oh, kita amat sangat perlu nampak visi ini! Kita perlu berdoa, “Tuhan tunjukkanlah kepadaku visi ini, yakni Allah hanya menghendaki satu persona. Allah menghendaki Kristus hidup di dalamku. ” Visi ini akan mengakhiri semua usaha dan perbuatan kita dengan spontan. Visi ini akan memalingkan kita dari usaha kita kepada Kristus yang menghuni batin kita.

Bila kita berhenti dari perbuatan kita sendiri, kita tidak lagi memiliki standar atau prinsip di luar Kristus. Kristus akan menjadi standar dan prinsip kita. Sebagai contoh, kita tidak mempunyai suatu standar yang menentukan bagaimana menjadi seorang suami atau istri yang baik, melainkan Kristus menjadi standar kita. Demikian pula, kita tidak mempunyai standar tentang kebaikan, kerendahan hati, dan kasih, satu-satunya standar kita ialah Kristus. Ketika Kristus menjadi satu-satunya standar dan prinsip kita, Ia akan memiliki keleluasaan untuk hidup di dalam kita. Lalu kita akan menikmati Dia dan mengalami Dia.

Kitab Kolose mewahyukan bahwa Allah menghendaki Kristus, Dia hanya mau Kristus. Dalam Surat Kiriman ini, Paulus menunjukkan bahwa Allah tidak menghendaki apa pun yang berasal dari kebudayaan manusia. Allah tidak menghiraukan filsafat, agama, peraturan-peraturan, tata cara-tata cara, atau ajaran macam apa pun. Allah hanya menghendaki Kristus almuhit yang ajaib dan unggul ini. Dia adalah segala sesuatu di dalam segala sesuatu. Walau Kristus itu almuhit, Ia tinggal di dalam kita sebagai hayat kita. Sebagai Sang penghuni di dalam, Ia sedang menunggu kesempatan untuk hidup di dalam kita. Dia hidup, sejati, riil, dan tersedia. Di satu pihak, Dia di atas takhta sebagai Tuhan segala sesuatu, di pihak lain, Dia di dalam kita sebagai Roh pemberi-hayat. Dalam kehidupan kristiani maupun dalam hidup gereja, Kristus adalah segala sesuatu.

Jika kita nampak hal ini, kita akan menghentikan segala usaha kita. Dalam hidup gereja, Allah juga tidak menghendaki kita banyak berupaya, Ia hanya menghendaki Kristus hidup di dalam kita dan bertumbuh di dalam kita. Jika saya mempunyai suatu visi dari Galatia 2:20 — Bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalamku — saya sekali-kali tidak pernah menganggap saya dapat melakukan apa-apa. Dengan spontan saya akan menghentikan segala percobaan saya, sebab saya tahu bahwa saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, dan Kristuslah segala sesuatu. Sebagai Tuhan yang tinggal di dalam kita sebagai hayat kita, Dia adalah segala sesuatu bagi kita. Dialah kekudusan kita, kekuatan kita, dan hikmat kita. Tetapi, Dia perlu diberi kesempatan untuk menjadi segala sesuatu di dalam kita. Kalau kita memberi-Nya tempat, Dia akan masuk menjadi segala sesuatu dan melakukan segala sesuatu. Inilah artinya membiarkan Kristus hidup di dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 38

No comments: