Hitstat

28 July 2014

Kolose - Minggu 18 Senin



Pembacaan Alkitab: Kol. 1:15-16


Dalam Kolose 2:8 Paulus memberikan peringatan yang serius kepada kita: Jangan ada yang menawan kita dengan filsafat dan tipuan yang kosong. Filsafat dan tipuan yang kosong itu adalah menurut tradisi manusia. Tradisi (ajaran turun-temurun, LAI) berhubungan dengan kebudayaan dan bersumber pada kebudayaan. Tradisi tidak dapat dipisah dari kebudayaan. Orang-orang yang agamis dan filosofis memiliki tradisi yang kuat. Semakin berbudaya, kita akan semakin bertradisi. Semua manusia mempunyai tradisi yang khas. Pada zaman kuno, orang-orang Yahudi memiliki tradisi mereka sendiri, demikian pula orang-orang Yunani. Kaum beriman pada hari ini pun memiliki tradisi kekristenan mereka, dan kita semua memiliki tradisi pribadi kita sendiri. Jalan satu-satunya untuk tidak memiliki tradisi ialah tidak memiliki kebudayaan. Asalkan kita mempunyai sejenis kebudayaan, pasti kita mempunyai tradisi. Bahkan beberapa tradisi kita adalah buatan kita sendiri, dan kita laksanakan sendiri. Semua tradisi adalah menurut manusia, karena Allah tidak mempunyai tradisi apa pun. Sebab itu, tidak ada tradisi yang menurut Allah.

Paulus menulis Surat Kiriman ini karena tradisi manusia dan unsur-unsur dunia merajalela di Kolose. Kaum saleh telah teperdaya dan tertawan olehnya. Lagi pula, mereka telah dihakimi dan pahala mereka dirampas. Penemuan terbaik dari kebudayaan itu telah menipu kaum saleh dan menyimpangkan mereka dari Kristus. Aspek-aspek kebudayaan itu telah menggantikan Kristus. Dalam pengalaman kaum saleh, hal-hal itu telah menjadi barang pengganti Kristus. Karena itu, Paulus menulis kitab ini untuk menanggulangi masalah ini.

Dalam Kitab Kolose, yang wahyunya lebih tinggi daripada Kitab 1 Korintus dan Galatia ini, Paulus menanggulangi kebudayaan yang terbentuk dari agama dan filsafat. Bagi masyarakat manusia, filsafat dan agama itu perlu dan baik. Jika masyarakat tidak memiliki agama dan filsafat, orang akan menjadi biadab, berkelakuan seperti binatang. Meskipun agama dan filsafat diperlukan bagi masyarakat manusia, tetapi tidak ada tempat bagi kedua hal itu dalam hidup gereja. Kedua hal tersebut telah menggantikan Kristus. Gereja memerlukan Kristus, persona hidup yang almuhit, bukan agama atau filsafat.

Beberapa pernyataan atau ungkapan Paulus dalam Kitab Kolose telah membingungkan para ahli teologi dan penafsir Alkitab. Satu ungkapan yang menyulitkan ialah “yang sulung dari segala yang diciptakan” (1:15). Para ahli teologi mungkin dengan senang menunjukkan bahwa Kristus adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati, Dia adalah yang pertama-tama dibangkitkan. Tetapi, jarang sekali yang ingin menunjukkan, sebagai yang sulung dari segala yang diciptakan, Kristus juga adalah yang pertama dari makhluk ciptaan. Walaupun demikian, kita tidak dapat menghilangkan perkataan Paulus dari dalam Alkitab yang mengatakan Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan dan yang sulung dari segala yang diciptakan.

Dalam Kolose 1:16 Paulus mengatakan bahwa segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus. Ini termasuk hal-hal yang ada di surga maupun di bumi, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Bahkan hal-hal yang diharamkan oleh orang-orang Yahudi, meliputi kura-kura, katak, ular, dan babi, semua termasuk hal yang diciptakan di dalam Kristus. Kali pertama saya membaca ayat ini menurut terjemahan dwibahasa Yunani — Inggris, saya sangat terkejut. Saya berkata kepada diri sendiri, “Apakah Paulus mengartikan bahkan kura-kura dan ular-ular pun diciptakan di dalam Kristus?” Tidak usah disangsikan, perkataan Paulus pasti mencakup makhluk-makhluk itu juga. Kolose 1:16 merupakan pukulan telak terhadap filsafat Gnostik. Kita telah menunjukkan bahwa menurut ajaran Gnostik, dunia materi, termasuk tubuh manusia, pada dasarnya jahat. Tetapi Paulus memaklumkan bahwa segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus, dan Kristus sendiri adalah yang sulung dari segala yang diciptakan. Pernyataan ini telah menanggulangi konsepsi orang Yunani dan Yahudi. Karena segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus, maka kita tidak boleh menganggap sifat hakiki ciptaan itu jahat, dan tidak boleh menghina aspek mana pun dari ciptaan Allah di dalam Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 35

No comments: