Hitstat

31 August 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Senin

Tuhan Yesus Memulihkan Fungsi 3 Organ Khusus Kita
Markus 7:37
Mereka takjub dan tercengang dan berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”

Ayat Bacaan: Ef. 2:1; Rm. 6:17-18; 1 Ptr. 2:24; Mrk. 7:31-52

Karena dosa, dahulu memang kita mati terhadap Allah dan menjadi hamba dosa (Ef. 2:1; Rm. 6:17). Tetapi syukur kepada Tuhan, di atas salib Tuhan telah menebus kita dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati, sehingga kita beroleh pembenaran dan beroleh hayat-Nya. Sejak kita beroleh selamat, kita telah mati terhadap dosa dan hidup untuk kebenaran (1 Ptr. 2:24; Rm. 6:18). Namun ketika kita mau mulai berjalan menempuh jalan Tuhan, kita akan menyadari bahwa kita memiliki “penyakit” yang lain, yaitu tidak mampu mendengar perkataan Tuhan (tuli), tidak mampu berbicara bagi Tuhan (bisu), serta tidak mampu melihat Tuhan dan kehendak-Nya (buta). Oleh sebab itu kita memerlukan penyembuhan yang lebih lanjut.
Di dalam Injil Markus, ketiga jenis “penyakit” rohani ini diwakili oleh orang yang tuli dan orang yang bisu (Mrk. 7:31-37), orang yang buta di Betsaida (Mrk. 8:22-26), seorang laki-laki yang memiliki roh yang bisu (Mrk. 9:14-29) dan Bartimeus yang buta (Mrk. 10:46-52). Dalam penyelamatan-Nya, Tuhan tidak hanya menyembuhkan kita dari penyakit yang umum seperti demam, kusta, lumpuh, dan tangan yang mati sebelah, tetapi Tuhan juga perlu secara khusus memulihkan fungsi organ pendengaran, organ bicara, dan organ penglihatan kita. Demikian barulah kita dapat menerima wahyu ilahi tentang Kristus dan rencana kekal-Nya.
Bagaimanakah caranya Tuhan menyembuhkan organ pendengaran, organ bicara, dan organ penglihatan kita? Kalau kita mempelajari empat kasus penyembuhan di atas (Mrk. 7:31-10:52), maka kita akan menemukan dua hal: firman dan iman. Dari pihak Tuhan, Dia berfirman kepada kita; dari pihak kita, kita perlu percaya, menerima firman Tuhan. Firman Tuhan adalah obat yang terbaik bagi segala penyakit rohani kita (Mzm. 107:20a). Tidak hanya itu, firman Tuhan juga adalah makanan yang bergizi bagi kita (Yer. 15:16). Ketika kita dengan iman menerima firman Tuhan, maka firman hidup itu akan membunuh “bakteri-bakteri” di dalam kita yang berasal dari si jahat (1 Ptr. 2:1-2). Ya, firman Tuhan adalah semacam tablet “antibiotik” rohani. Setiap hari kita perlu makan “antibiotik” ini sehingga segala penyakit rohani kita disembuhkan.

30 August 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Minggu

Tuhan Yesus Menyembuhkan 4 Penyakit Kita
1 Petrus 2:24
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:30-31; 40-45; 2:1-12; 3:1-6; 1 Ptr. 2:24: Yeh. 36:26; Ibr. 10:16

Menurut catatan dalam Injil Markus, Tuhan datang sebagai seorang penabur untuk menaburkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Di satu pihak, Tuhan adalah Penabur, di pihak lain Dia juga adalah benih hayat, dan kita adalah tanah garapan-Nya. Karena Sang Penabur dan benih yang ditaburkan adalah Tuhan sendiri sebagai hayat, maka di pihak Tuhan tentu tidak ada masalah. Tetapi bagaimanakah dengan kita yang adalah tanah garapan-Nya? Kita penuh dengan masalah. Di pandangan Tuhan, kita adalah tanah yang “sakit”, penuh dengan berbagai penyakit kronis. Itulah sebabnya, dalam permulaan ministri-Nya, Tuhan terlebih dahulu menyembuhkan kita.
Dalam Injil Markus, kondisi kita yang sakit itu diwakili oleh ibu mertua Simon yang sakit demam (Mrk. 1:30-31); orang yang sakit kusta (Mrk. 1:40-45); orang lumpuh yang dibawa kepada Tuhan (Mrk. 2:1-12); dan orang yang tangannya mati sebelah (Mrk. 3:1-6). Demam melambangkan temperamen kita yang tidak terkendali. Kusta melambangkan kenajisan atau kecemaran sebagai hukuman atas pemberontakan kita terhadap Allah. Lumpuh melambangkan ketidakmampuan kita dalam menempuh jalan Tuhan. Sedangkan tangan yang mati sebelah melambangkan ketidakmampuan kita dalam bekerja atau melayani Tuhan. Inilah kondisi kita sebelum kita berjumpa dengan Tuhan. Tetapi syukur kepada Tuhan, Dia datang dengan Injil-Nya dan menyembuhkan kita!
Menurut fakta Alkitab, saat kita percaya kepada Tuhan dan menerima karya penebusan-Nya, kita sudah disembuhkan (1 Ptr. 2:24). Masalahnya, Iblis seringkali mendustai pikiran kita, mengatakan bahwa kita belum sembuh sepenuhnya. Anehnya, banyak juga anak-anak Allah yang lebih mempercayai dusta Iblis ini daripada mempercayai firman Allah.
Saudara saudari, yang benar adalah kita telah disembuhkan! Demi iman kita harus mengumumkan bahwa di dalam Kristus, kita telah sembuh! Sekarang kita dapat mengasihi Tuhan, berjalan mengikuti Tuhan, dan melayani Dia karena Dia telah memberikan hati dan roh yang baru kepada kita (Yeh. 36:26; Ibr. 10:16). Yang harus kita lakukan sekarang adalah melatih roh dan iman kita, membiarkan Kristus bertumbuh dan menduduki setiap bagian diri kita.

29 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Sabtu

Kristus Menjadi Segala Kita
Markus 9:7
Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”

Ayat Bacaan: Mrk. 9:7; Mat. 3:17; Rm. 12:2; Pkh. 1:1-11: Flp. 3:8; Yoh. 1:17

Dalam alam semesta ini, Allah mempunyai satu kehendak. Kehendak Allah adalah “... apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna” (Rm. 12:2). Ada orang mungkin berkata bahwa kehendak Allah adalah menyuruhnya sekolah di perguruan tinggi tertentu, atau menikah. Namun kalau kita masuk perguruan tinggi bukan untuk Kristus, itu bukan kehendak Allah. Demikian juga, kalau pernikahan kita tanpa Kristus, itu juga bukan kehendak Allah. Kita melakukan apa saja, asal di dalam Kristus, bersama Kristus, dan untuk Kristus, itulah kehendak Allah; karena kehendak Allah tak lain tak bukan adalah Kristus. Kehendak Allah adalah Kristus menjadi segala-gala kita. Kehendak Allah adalah kita menerima Kristus menjadi segala kita, menerima Dia menjadi hayat kita, hidup berdasarkan Dia, dan membiarkan Dia menjadi yang terutama dalam seluruh kehidupan kita.
Kalau suatu perkara berasal dari kehendak Allah, pasti di dalam Kristus, bersama Kristus, dan untuk Kristus. Kalau kita bisa dengan mantap dan berani mengatakan bahwa yang kita lakukan berada di dalam Kristus, bersama Kristus, dan untuk Kristus, itu pasti berasal dari Tuhan. Allah hanya mempunyai satu kehendak, yakni Kristus menjadi segala kita (Mrk. 9:7; Mat. 3:17).
Rencana Allah adalah menyalurkan Kristus ke dalam kita, menjadikan Kristus sebagai bagian kita. Dari sudut pandang rohani, kita tidak mempunyai bagian yang lain, hanya Kristus. Kita mungkin tidak memiliki apa-apa di dunia, tetapi kita mempunyai segalanya, karena kita mempunyai Kristus menjadi bagian kita. Kalau kita menerima segala perkara di luar Kristus menjadi bagian kita, kita akan tertipu. Raja Salomo yang berhikmat memberi tahu kita bahwa segala sesuatu di bawah matahari adalah sia-sia (Pkh. 1:1-11).
Dalam Perjanjian Baru, Paulus melihat segala sesuatu yang sebelumnya ia miliki adalah sampah (Flp. 3:8). Dunia ini beserta segala kemewahannya bukanlah bagian kekal yang Allah berikan kepada kita. Bagian yang Allah berikan kepada kita adalah realitas, adalah Kristus, Anak Allah. Segala sesuatu adalah sia-sia dalam kesia-siaan, hanya Kristus yang sejati. Puji Tuhan, Dialah anugerah dan realitas (Yoh. 1:17). Dialah bagian kita, segala-gala kita!

28 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Jumat

Kristus: Inti Pengajaran Perjanjian Baru
Kolose 2:8
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

Ayat Bacaan: Mrk. 9:7; Rm. 7:15-24; Flp. 1:20; Kol. 2:8; 1 Tim. 6:20-21

Dewasa ini banyak orang Kristen menekankan pengajaran tentang etika, moralitas, filsafat, atau mujizat. Itukah inti dari Perjanjian Baru Allah? Walaupun hal-hal itu berguna bagi peradaban manusia, namun itu bukanlah inti Perjanjian Baru Allah. Inti dari Perjanjian Baru adalah Kristus sendiri sebagai hayat tertabur di dalam kita, bertumbuh dan berkembang di dalam kita, sehingga menghasilkan gereja sebagai Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ini merupakan suatu ruang lingkup di mana Allah dapat melaksanakan pemerintahan-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya.
Kita tidak mengatakan bahwa etika, moralitas, filsafat, dan mujizat sama sekali tidak ada gunanya bagi manusia. Namun, menurut sejarah umat manusia, hal-hal tersebut tidak berhasil mengubah manusia menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Generasi demi generasi, manusia telah banyak belajar etika, moralitas, dan filsafat di sekolah; juga tidak sedikit yang telah melihat mujizat. Tetapi, dapatkah hal-hal itu mengubah susunan batiniah seseorang yang berdosa? Tidak. Rasul Paulus mengatakan bahwa usaha manusia tidak mungkin memenuhi standar kebenaran Allah (Rm. 7:15-24).
Etika, moralitas, filsafat, dan mujizat mungkin dapat membantu orang menjadi lebih luhur dan berkelakuan baik, tetapi yang dikehendaki Allah bukan itu. Allah menghendaki Kristus diperhidupkan melalui kita, Kristus dengan nyata dimuliakan (diperbesar) di dalam kita (Mrk. 9:7; Flp. 1:20). Hasil dari kehidupan yang demikianlah yang mampu menghasilkan Tubuh Kristus sebagai perbesaran dan ekspresi Kristus. Inilah inti dari Perjanjian Baru Allah.
Setelah menyadari semua hal di atas, maka yang perlu kita lakukan hari ini adalah berpaling kepada Kristus, terbuka kepada-Nya, dan berdoa, “Tuhan Yesus, Engkaulah hayatku, hiduplah di dalamku. Hanya Engkaulah yang sanggup memenuhi hukum Allah. Aku mau bersandar kepada-Mu dan bersatu dengan-Mu melaksanakan kehendak Allah.” Kita semua perlu belajar memanjatkan doa yang demikian. Kiranya Tuhan merahmati kita agar tidak disimpangkan oleh berbagai angin pengajaran dan filsafat manusia yang kosong yang membuat kita terpisah dari Kristus (Kol. 2:8; 1 Tim. 6:20-21).

27 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Kamis

Perkembangan Injil dan Hasilnya: Kerajaan Allah
1 Tesalonika 2:12b
Supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:15; Yoh. 3:3, 5; 1 Tes. 2:12

Apakah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan benih Injil di dalam kaum beriman? Kerajaan Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk. 1:15). Kerajaan Allah adalah ruang lingkup pemerintahan Allah beserta segala berkat dan kenikmatannya. Untuk memasuki kerajaan Allah, orang perlu bertobat dari dosa-dosa mereka dan percaya kepada Injil sehingga dosa-dosa mereka dapat diampuni dan mereka dapat dilahirkan kembali oleh Allah untuk memiliki hayat ilahi, yang sesuai dengan hakiki ilahi kerajaan ini (Yoh. 3:3, 5).
Injil membawa kita ke dalam alam lingkungan kerajaan ilahi, supaya kita boleh mengambil bagian dalam berkat hayat ilahi dalam kerajaan ilahi (1 Tes. 2:12). Jadi, ketika kita percaya kepada Injil ini, kita dilahirkan kembali dan mewarisi Allah Tritunggal berikut penebusan-Nya, penyelamatan-Nya, dan hayat ilahi-Nya beserta kelimpahan-Nya sebagai bagian kita yang kekal. Berkat dan kenikmatan ini jauh melebihi apa pun yang ada di dalam kerajaan dunia.
Untuk menikmati semua berkat dalam Kerajaan Allah, kita perlu terlebih dahulu tunduk di bawah pemerintahan Allah. Walau hari ini kita sudah berada di dalam Kerajaan Allah melalui kelahiran kembali, namun bisa saja kita belum menikmati apa-apa di dalamnya. Mengapa? Salah satu penyebab utamanya adalah kita mengabaikan pemerintahan Allah di dalam kita. Ketika Tuhan di dalam kita berkata, “Tidak” atau “Jangan lakukan itu”, apakah kita menuruti-Nya? Kalau kita jujur, kita seringkali mengabaikan peringatan Tuhan di dalam kita. Ketidaktaatan yang demikian membuat kita terhalang dari kenikmatan yang telah Allah sediakan dalam kerajaan-Nya. Prinsipnya, harus ada ketaatan terlebih dahulu, barulah ada berkat dan kenikmatan.
Hari ini banyak orang Kristen dengan bangga berkata, “Kita adalah anak-anak Raja!” Betul, kita adalah anak-anak Raja. Tetapi masalahnya, betulkah kita menjadikan Dia sebagai Raja yang memerintah di dalam kita? Berada di dalam kerajaan adalah satu perkara, tunduk dan taat kepada Sang Raja adalah perkara yang lain. Kiranya kita benar-benar memahami perkara ini dan bertobat.

26 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Rabu

Menabur Benih Firman
1 Petrus 1:23
Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:3-14, 26; 1 Ptr. 1:23; Yoh. 6:63; Rm. 1:16-17

Bagi sebagian orang, firman Allah tidak lebih dari suatu pengajaran atau pengetahuan teologis, namun sebenarnya firman Allah adalah benih hayat, benih yang tidak fana (1 Ptr. 1:23). Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia, kelihatannya Dia banyak memberikan pengajaran, namun sebenarnya Dia sedang menaburkan benih ke dalam manusia. Di pandangan Allah, manusia adalah suatu lahan pertanian atau ladang yang ke atasnya Kristus menaburkan benih (Mrk. 4:3, 26).
Benih apakah yang Kristus taburkan ke dalam kita? Benih yang ditaburkan ke dalam kita adalah firman Allah yang hidup dan yang kekal (Mrk. 4:14; 1 Ptr. 1:23). Benih firman ini memiliki dua aspek. Pertama, mengacu kepada firman tentang Kerajaan Surga (Mat. 13:19). Kedua, mengacu kepada Kristus sendiri sebagai perwujudan firman Allah yang hidup (Yoh. 1:1, 14). Oleh sebab itu, benih ini bukanlah pengetahuan semata, terlebih adalah roh dan hayat (Yoh. 6:63; Ibr. 4:12). Karena benih firman ini mengandung roh dan hayat, ia dapat bertumbuh di dalam kita, bahkan menghasilkan buah (Mrk. 4:8).
Setelah mengetahui semua hal di atas, apakah yang harus kita lakukan? Pertama, sebagai ladang Allah, kita harus memberikan setiap jengkal tanah hati kita bagi pertumbuhan benih ilahi di dalam kita. Jangan biarkan dosa, lalu lintas duniawi, penindasan, kekuatiran, dan tipu daya kekayaan menghimpit firman yang telah ditaburkan ke dalam kita (Mrk. 4:4-7). Setiap hari kita perlu menanggulangi dan menjaga hati kita, sehingga cukup lembut (gembur) bagi pertumbuhan benih ilahi di dalam kita.
Kedua, kita perlu bekerjasama dengan Kristus yang tinggal di dalam kita untuk pergi ke luar menabur benih. Setelah kita beroleh selamat, kita perlu belajar memberitakan Injil, menaburkan benih firman ke dalam orang lain. Injil yang kita taburkan adalah benih yang tidak fana yang dapat menyelamatkan dan melahirkan kembali orang (1 Ptr. 1:23). Pandanglah orang-orang di sekeliling kita sebagai ladang Allah, yang ke atasnya kita harus menaburkan benih. Kalau kita setia, cepat atau lambat, benih Injil yang kita taburkan akan bertumbuh dan menghasilkan keselamatan bagi mereka (Rm. 1:16-17).

25 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Selasa

Teladan Hidup Bersama Tuhan
Kolose 2:6
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.

Ayat Bacaan: Kej. 5:22, 24; Kol. 2:6

Dalam kitab Kejadian, tercatat satu orang yang hidupnya selalu bergaul atau berjalan bersama Allah. Orang tersebut bernama Henokh. Dia hidup dan berjalan (walked, Darby) bersama Allah selama tiga ratus tahun. Mungkin ada orang berkata, “Kalian, orang-orang yang menjadi penginjil atau pengkhotbah, tentu saja bisa sepanjang hari bergaul dengan Allah. Tetapi orang-orang seperti kami, yang banyak dibebani urusan rumah tangga, bagaimana bisa hidup bergaul dengan Allah?” Namun perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang orang pertama yang bergaul dengan Allah: “Henokh hidup bergaul dengan Allah,... ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan” (Kej. 5:22). Bagi Henokh, beban keluarga bukanlah penghalang untuk bergaul dengan Allah.
Mungkin ada pula orang berkata, bahwa mereka tidak dapat bergaul dengan Allah karena mereka harus bekerja berjam-jam di pabrik dan dikelilingi oleh mesin-mesin. Memang di jaman Henokh belum ada pabrik dan mesin-mesin, tetapi secara umum keadaan di sekitarnya pada waktu itu tidak lebih baik dari keadaan saat ini. Henokh tentu harus bekerja keras pula untuk menghidupi keluarganya, sebab di jaman itu sebuah keluarga biasanya memiliki banyak anak. Tidak peduli bagaimana situasi di sekelilingnya, Henokh memutuskan untuk hidup bergaul dengan Allah. Orang yang percaya Tuhan tetap bisa bergaul dengan Allah dalam keadaan apapun. Tidak mengherankan, Allah kemudian mengangkatnya hidup-hidup (Kej. 5:24).
Hari ini kita bukan hanya berjalan dengan Tuhan, bahkan hidup bersama Tuhan. Dahulu, Henokh dan Allah masih terpisah, tapi hari ini Tuhan sudah di dalam kita, dan kita hidup bersama Tuhan. Di dalam kita, Dia adalah hayat kita, pribadi kita. Oleh sebab itu, kita perlu dengan riil berlatih hidup bersama Tuhan; bukan hanya dalam pertemuan ibadah, bahkan hidup bersama Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari (Kol. 2:6). Kita tidak ingin hanya menerima firman ini, tetapi juga harus melaksanakannya, bahkan hidup di dalamnya. Kita harus benar-benar memperhatikan Kristus, jangan mengabaikan Dia. Kita semua memerlukan permulaan yang demikian.

24 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Senin

Kehidupan dalam Ciptaan Baru
2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Ayat Bacaan: 2 Kor. 5:17; Yoh. 15:5b; Rm. 10:12; Yoh. 6:57

Pengakhiran ciptaan lama di dalam Adam selalu menghasilkan permulaan bagi ciptaan baru di dalam Kristus. Di dalam Adam, tidak ada yang lain kecuali ciptaan lama; namun di dalam Kristus, kita semua yang dibaptis dalam kematian-Nya telah dibangkitkan menjadi ciptaan baru. Bagi kita, umat Perjanjian Baru Allah, menjadi ciptaan baru bukan sekedar slogan atau sebutan, melainkan suatu kehidupan. Artinya, setiap hari kita perlu secara riil tinggal di dalam Kristus, bersatu dengan Dia, dan bergerak bersama Dia. Terlepas dari Kristus, kita bukanlah ciptaan baru. Hanya di dalam Kristus, barulah kita berada dalam realitas ciptaan baru (2 Kor. 5:17).
Sejak kita percaya, Kristus sudah ada di dalam kita. Namun Dia juga menghendaki kita tinggal di dalam Dia. Tidak hanya itu, Dia pun menghendaki kita menghentikan segala daya upaya kita dalam memperbaiki diri. Ya, pikiran religius selalu menyuruh kita melakukan ini atau itu. Yang menjadi suami harus menjadi suami yang baik. Yang menjadi istri harus menjadi istri yang baik. Ajaran itu cukup sering kita dengar. Tetapi Tuhan dengan jelas berkata, “Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5b). Di luar Kristus, kita tidak sanggup melakukan apa pun yang bernilai di hadapan Allah.
Apakah yang kita perlukan untuk menempuh hidup di dalam Kristus sebagai ciptaan baru? Setidaknya kita memerlukan dua hal. Pertama, kita harus selalu terbuka terhadap Tuhan. Jalan yang paling sederhana untuk terbuka terhadap Tuhan adalah belajar membuka segenap diri kita, mulai dari roh, hati, sampai ke mulut kita. Kita boleh berseru, “O, Tuhan Yesus! Ya, Tuhan Yesus!” Inilah jalan yang paling sederhana dan paling baik, yang memungkinkan kita berjumpa dengan Kristus, menjamah Dia, tinggal di dalam Dia. Belajarlah membuka diri terhadap Tuhan dan menyeru nama-Nya. Alkitab mengatakan, “Tuhan . . . , kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya” (Rm. 10:12). Kedua, hendaklah kita belajar sungguh-sungguh bersentuhan dengan firman-Nya, sungguh-sungguh membaca dan mendoakan firman-Nya, memakan firman-Nya (Yoh. 6:57). Latihan yang demikian akan menjaga kita tetap tinggal di dalam Kristus sebagai ciptaan baru-Nya.

23 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Minggu

Mengalami Pengakhiran dan Permulaan Baru
Kolose 2:12
Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga melalui kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:1, 3-4; Kol. 2:12

Dalam banyak perkara di dunia, setelah ada permulaan, barulah ada pengakhiran. Namun dalam hal rohani, prinsipnya berkebalikan, pengakhiran lebih dahulu, baru kemudian muncul suatu permulaan. Tanpa pengakhiran, tidak ada permulaan. Oleh sebab itu, dalam Injil Markus kita dapat melihat betapa Yohanes Pembaptis sangat menekankan perkara baptisan pertobatan, karena baptisan adalah pengakhiran (Mrk. 1:1, 4). Tanpa jalan ini, tidak seorang pun dapat dibawa masuk ke dalam suatu permulaan baru, yakni penunasan hayat ilahi (Kol. 2:12). Ini adalah prinsip yang besar.
Pengakhiran melalui baptisan pertobatan mempersiapkan jalan dan meluruskan lorong-lorong (hati) bagi Tuhan untuk masuk ke dalam kita (Mrk. 1:3). Sudahkah manusia lama Anda diakhiri? Sudahkah kehidupan lama Anda dikuburkan? Kalau belum, Anda perlu melewati suatu pos, yakni pos pengakhiran melalui baptisan. Tetapi kalau Anda pernah melewati pos baptisan ini, Anda perlu berpegang pada fakta ilahi bahwa Anda sudah diakhiri dan kini Kristus sedang menunaskan hayat ilahi-Nya di dalam Anda. Yang kita perlukan hari ini adalah bekerja sama dengan Tuhan, terbuka kepada Tuhan, membiarkan Roh-Nya menerapkan pengakhiran atas daging dan manusia lama kita.
Kehidupan manusia penuh dengan masalah dan kesulitan. Hidup ini seolah hanya untuk mengalami problem dan kesukaran. Hal ini tidak saja berlaku bagi kehidupan pernikahan dan kehidupan keluarga, tetapi juga bagi kehidupan gereja. Menurut cara manusia, perundingan adalah jalan untuk memecahkan problem atau menyingkirkan rintangan-rintangan. Seorang suami dan istri mungkin mencoba memecahkan problem dengan cara berunding. Namun, ini bukan cara Allah. Cara Allah ialah menyuplai kita dengan Kristus dan mengakhiri manusia lama kita. Setiap kali kita mengalami masalah dalam kehidupan keluarga atau gereja, jalan keluarnya bukan dengan menggelar perundingan, melainkan datang kepada Tuhan. Begitu kita berpaling ke dalam roh kita melalui menyeru nama-Nya, kita segera dibawa “naik” ke atas salib dan “dikuburkan”; kita diakhiri. Namun ajaib sekali, segera sesuatu yang ilahi dan rohani terbit di dalam kita. Inilah cara Allah untuk membawa kita ke dalam suatu permulaan baru.

22 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Sabtu

Tinggal di Dalam Kristus, Persona yang Hidup
1 Yohanes 2:28
Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:29; 1 Kor. 15:3-4; Gal. 2:20

Yesus Kristus adalah Anak Allah dan Juruselamat umat manusia. Kurang lebih dua ribu tahun yang lalu, Dia datang ke bumi dan hidup sebagai seorang manusia sejati. Kehidupan-Nya adalah kehidupan manusia sempurna, yang menunjukkan standar moralitas tertinggi. Setelah menempuh kehidupan manusia tanpa dosa selama tiga puluh tiga setengah tahun, Dia terpaku di atas salib untuk menghapus dosa semua umat manusia (Yoh. 1:29). Alkitab mengatakan bahwa Kristus masuk ke dalam kematian selama tiga hari, tetapi Dia tidak menetap di sana. Pada hari ketiga, Dia bangkit secara jasmani dan rohani (1 Kor. 15:3-4).
Orang banyak yang bersaksi tentang kebangkitan Kristus, yang melihat dan berbicara serta berjalan dengan-Nya, adalah kesaksian yang kuat terhadap suatu fakta sejarah yang tetap tidak tergoyahkan sejak dua ribu tahun yang lalu (1 Kor. 15:5-7). Sokrates mati; Napoleon mati; Alexander Agung mati; Konfusius pun mati, dan semuanya mati. Tetapi, Yesus Kristus hidup! Kuburan-Nya adalah sebuah kuburan yang kosong, dan hari ini, Dia hidup di dalam roh berjuta-juta orang.
Apakah kekristenan yang sejati? Kristus hidup di dalam kita! Apakah kehidupan orang Kristen? Bukan lagi aku, melainkan Kristus (Gal. 2:20). Bagi kita, Kristus bukan sekedar suatu tokoh besar dalam sejarah masa lampau, tetapi persona yang hidup di dalam kita, persona yang dapat kita perhidupkan. Semua tokoh agama telah mati, sehingga tokoh tersebut dan ajarannya menjadi dua hal yang terpisah. Tetapi Kristus berbeda. Kristus yang bangkit kini berwujud Roh dan terkandung di dalam firman-Nya. Mustahil memisahkan Kristus yang hidup dengan pengajaran-Nya. Artinya, tidak seorang pun dapat melaksanakan pengajaran-Nya terlepas dari persona Kristus sendiri.
Oleh sebab itu, baik doa, pembacaan Alkitab, ibadah, dan pelayanan kita tidak bisa lepas dari persona Kristus yang hidup (1 Yoh. 2:28). Tanpa Dia, semuanya kosong dan sia-sia. Apa pun yang kita lakukan haruslah di dalam Dia, oleh Dia, dan kepada Dia, barulah bernilai di hadapan Allah. Allah hanya memperhatikan Kristus. Apa yang di luar Kristus tidak terhitung apa-apa.

21 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Kehidupan yang Menghasilkan Buah-buah Roh
Galatia 5:22-23
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Ayat Bacaan: Mat. 26:41; Kol. 4:2; Ef. 6:18; Gal. 5:22-23;

Selama ini mungkin kita tidak begitu mengapresiasi perkataan Tuhan tentang berjaga-jaga dan berdoa (Mat. 26:41). Tetapi semakin kita berlatih mempraktekkan hal hidup dalam roh dalam kehidupan sehari-hari kita, kita semakin mengakui perlunya kita berjaga-jaga dan berdoa. Kita perlu berjaga-jaga supaya tidak terpisah dari roh; kita pun perlu berdoa untuk kembali ke dalam roh, dan tinggal di situ.
Kehidupan kristiani adalah kehidupan yang tinggal di dalam roh. Karena kita begitu mudah ditarik keluar dari roh kita, maka kita perlu berjaga-jaga dan berdoa. Dalam surat Paulus kepada orang-orang Kolose, ia mengatakan bahwa kita perlu “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah dengan mengucap syukur” (Kol. 4:2). Dalam Efesus 6:18 Paulus juga berkata tentang “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang kudus.” Kita perlu berjaga-jaga untuk melihat apakah kita berada di dalam roh atau tidak, dan berdoa supaya kita terpelihara di dalam roh.
Jika kita menetap di dalam roh kita, segala problem akan terpecahkan, dan kita akan menikmati buah-buah dari Roh itu. Apa yang dilakukan daging adalah perbuatan tanpa hayat, tetapi apa yang dihasilkan Roh itu adalah buah yang penuh hayat. Buah-buah Roh meliputi: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Tidak hanya itu, buah-buah Roh juga mencakup butir-butir tambahan, seperti rendah hati (Ef. 4:2; Flp. 2:3), kasih mesra (Flp. 2:1), ibadah (2 Ptr. 1:6), keadilan, kebenaran (Rm. 14:17; Ef. 5:9), kekudusan (Ef. 1:4; Kol. 1:22), dan kemurnian (Mat. 5:8).
Bagaimana caranya membina keluarga yang harmonis? Bagaimana mengalahkan dosa dan watak yang buruk? Bagaimana agar dapat mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Orang dunia mungkin memiliki banyak cara atau metode (walau terbukti pada akhirnya tidak berhasil), tetapi Alkitab hanya memberi kita satu jalan, yaitu hiduplah oleh Roh, hiduplah di dalam roh. Cara ini pasti berhasil, karena bukan kita,tetapi Allah yang mengerjakan bagi kita!

20 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Kamis

Kehidupan yang Dipimpin oleh Roh
1 Korintus 6:17
Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Ayat Bacaan: 1 Tes. 5:23; Ibr. 4:12; Gal. 5:16; 1 Kor. 6:17; 1 Tes. 5:16-19

Kebanyakan orang mencampuradukkan perihal roh dan jiwa, menganggap roh dan jiwa merupakan satu hal. Para psikolog menganalisis manusia dan membaginya menjadi dua bagian: metafisik dan fisik. Bagian fisik mengacu kepada tubuh, dan bagian metafisik mengacu kepada psikis, yaitu jiwa yang dibicarakan dalam Alkitab. Para psikolog itu mengatakan bahwa dalam tubuh manusia hanya ada jiwa. Namun Alkitab memberi tahu kita bahwa di dalam diri manusia, selain ada jiwa, juga ada roh.
Satu Tesalonika 5:23 tidak hanya membicarakan tentang “jiwa” tetapi “roh dan jiwa”. Roh dan jiwa merupakan dua hal yang berbeda. Karena itu Ibrani 4:12 membicarakan pemisahan jiwa dengan roh. Kalau kita ingin mempunyai pertumbuhan rohani yang benar dalam hayat, kita harus mampu membedakan roh dengan jiwa, sehingga kita dapat menyangkal jiwa, terlepas dari jiwa, dan hidup oleh Roh di hadapan Allah.
Dalam Galatia 5:16 Paulus menasihati kita agar hidup oleh Roh. Kehidupan dan perilaku orang Kristen adalah mutlak oleh Roh, bukan oleh daging. Roh di sini pasti adalah Roh Kudus yang tinggal dan berbaur dengan roh kita yang dilahirkan kembali. Hidup oleh Roh berarti membiarkan hidup kita diatur oleh Roh Kudus dari dalam roh kita. Hal ini berlawanan dengan hidup kita yang diatur oleh hukum Taurat dalam daging kita.
Satu Korintus 6:17 mengatakan,“Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Jika kita mau hidup oleh Roh, kita pasti tidak akan menuruti hawa nafsu daging. Kehidupan yang demikian tidak dapat dibuat-buat atau berpura-pura. Semua kepura-puraan akan berakhir dan tidak tahan uji. Yang kita perlukan adalah terus mengikatkan diri pada Tuhan, memelihara persekutuan dengan-Nya. Bagaimana caranya? Satu Tesalonika 5:16-19 memberi kita rahasianya: “Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, mengucap syukurlah dalam segala hal, ..., janganlah padamkan Roh.” Adakah cara yang lebih baik dari ini? Kita tidak dapat hidup di dalam roh sekali untuk selama-lamanya, tetapi setiap hari kita perlu berlatih hidup di dalam roh secara berkesinambungan, membiarkan hidup kita dipimpin oleh Roh itu.

19 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Hidup Menurut Hukum Hayat
Ibrani 8:10b
Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:4; Ibr. 8:10; 10:16; Rm. 8:6; Flp. 2:12; Ef. 4:19; 1 Tim. 1:19

Begitu kita menerima Putra Allah menjadi Juruselamat, kita pun segera mempunyai hayat, karena hayat berada di dalam Putra Allah. Yohanes 1:4 mengatakan, “Dalam Dia ada hayat, dan hayat itu adalah terang manusia” (TL.). Sebab itu setelah kita mempunyai hayat, kita juga mempunyai terang hayat menyinari batin kita. Kita, orang-orang yang telah memiliki hayat Allah, tidak perlu mencari “terang” yang lain, karena di dalam kita ada satu terang ajaib, yaitu hayat Allah yang mulia.
Dalam Perjanjian Lama, hukum Allah ditulis di loh batu yang di luar manusia. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya di dalam kita, dituliskannya dalam hati kita (Ibr. 8:10; 10:16). Dulu di gunung Sinai, Allah melarang manusia berzinah, mencuri, berbohong; kesemuanya adalah hukum yang tertulis di luar. Sekarang Allah datang, melalui hayat-Nya menaruh hukum-Nya ke dalam kita, menulisnya dalam hati kita. Dalam hayat-Nya terkandung hukum-Nya. Ketika Allah menaruh hayat-Nya ke dalam kita, berarti Dia juga menaruh hukum yang ada di dalam hayat-Nya ke dalam kita.
Sebab itu, hukum yang Dia tulis di dalam kita, adalah hukum hayat. Hukum hayat ini dengan sendirinya di dalam kita membuat kita tidak berzinah, tidak mencuri, tidak berbohong, dan tidak melakukan perkara yang tidak diperkenan Allah. Tidak perlu Dia secara visual (kasat mata) memerintah kita, karena hukum hayat-Nya di dalam kita membuat kita mengenal Dia dan hukum-Nya.
Setelah Allah menaruh hayat-Nya dan menuliskan hukum-Nya di dalam kita, lalu apakah tanggung jawab kita? Tanggung jawab pertama kita terhadap hukum hayat, adalah dalam segala sesuatu hanya menurut roh, menaruh pikiran di atas roh (Rm. 8:6). Terhadap hukum hayat, yang paling penting adalah taat. Ketika kita taat kepadanya, hukum itu akan membuat kita merasakan sukacita dan damai sejahtera. Inilah cara kita dalam mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Aktivitas apa pun yang membuat kita merasakan maut di batin, harus segera kita hentikan. Kalau tidak, maka lama kelamaan perasaan hayat di dalam kita akan menjadi tumpul dan kurang peka, sehingga akhirnya kandaslah iman kita (Ef. 4:19; 1 Tim. 1:19).

18 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Selasa

Hidup dalam Kerajaan Allah
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Yoh. 18:36-37; Rm. 8:5-9; 14:17

Kerajaan Allah mutlak berbeda dengan kerajaan dunia. Dalam kerajaan dunia, segala sesuatunya bersifat materi, kelihatan, dan sementara; sedangkan dalam Kerajaan Allah, segala sesuatunya rohani, tidak kelihatan, dan bersifat kekal. Ketika Tuhan Yesus di bumi, banyak orang tidak mengerti apa yang Dia katakan dan lakukan. Kehidupan-Nya dikendalikan oleh suatu pemerintahan, bukan pemerintahan manusia, melainkan pemerintahan Allah; bukan oleh hukum manusia, melainkan oleh hukum Allah. Tuhan Yesus sepenuhnya hidup di dalam ruang lingkup Kerajaan Allah, bagi Kerajaan Allah, dan tunduk di bawah otoritas kuat kuasa Allah (Yoh. 18:36-37).
Kehidupan Tuhan Yesus di bumi dua ribu tahun yang lalu adalah suatu model kehidupan yang harus kita miliki hari ini. Tentu saja, kita tidak dapat meniru kehidupan-Nya secara luaran, tetapi kita dapat menempuh kehidupan yang sama melalui bersandar hayat-Nya. Hidup dalam Kerajaan Allah bukan masalah metode, melainkan dengan hayat apakah kita menempuh hidup. Bila kita hidup berdasarkan hayat ilahi, maka dengan sendirinya kita sudah berada di dalam ruang lingkup Kerajaan Allah dan berada di bawah pemerintahan Allah.
Hari ini bagaimanakah kita secara riil menempuh hidup di dalam ruang lingkup Kerajaan Allah? Melalui hayat-Nya di dalam kita, Allah sedang melaksanakan pemerintahan-Nya. Ketika kita hendak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan pemerintahan-Nya, Dia seringkali menegur kita, mengoreksi kita. Pada saat demikian, batin kita segera merasa tidak damai, gelap, dan tidak ada sukacita. Bila kita tetap bersikeras melakukannya, maka perasaan ini akan terus mengganggu kita. Hilangnya damai sejahtera dan sukacita menunjukkan bahwa secara pengalaman, kita tidak lagi hidup dalam ruang lingkup Kerajaan Allah.
Yang perlu kita lakukan hari ini adalah belajar menaati perasaan hayat di dalam kita. Perasaan apa yang ada di batin kita akan menunjukkan di manakah kita berada. Kerajaan Allah adalah perkara kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17). Jika suatu perkara membuat kita kehilangan damai sejahtera dan sukacita, maka perkara itu harus kita lupakan (Rm. 8:5-9). Inilah jalan bagi kita untuk menempuh kehidupan di dalam dan bagi Kerajaan Allah.

17 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Senin

Kehidupan yang Menghasilkan Pembangunan
1 Korintus 14:12b
Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih daripada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat.

Ayat Bacaan: Yoh. 5:30; 8:28; 2 Kor. 8:9; 1 Kor. 14:12

Kehidupan Tuhan selama di bumi bukan hanya kehidupan yang menampilkan kebajikan-kebajikan dan kuasa Allah, tetapi juga kehidupan yang menghasilkan pembangunan Tubuh Kristus. Kehidupan seperti apakah yang dapat menghasilkan pembangunan Tubuh Kristus? Kehidupan yang berada di bawah bayang-bayang salib. Ketika Kristus hidup di bumi, apa yang Dia katakan dan lakukan, tidak satu pun yang berasal dari diri-Nya sendiri, tetapi berasal dari Bapa (Yoh. 5:30; 8:28). Setiap hari Tuhan memperhidupkan suatu kehidupan yang tersalib. Dia sepenuhnya menolak ego dan keinginan daging, membiarkan diri-Nya dimatikan, sehingga hayat Bapa dapat diperhidupkan melalui Dia.
Hal apakah yang paling merusak pembangunan Tubuh Kristus? Banyak hal dapat merusak pembangunan Tubuh Kristus, namun yang paling utama adalah ego. Karena ego, timbullah berbagai masalah, seperti perpecahan, perseteruan, dan ambisi. Saudara saudari, kalau kita ingin memiliki kehidupan yang dapat menghasilkan pembangunan, maka musuh utama yang harus kita perangi adalah ego kita! Kalau ego kita tidak ditanggulangi, maka cepat atau lambat kita akan menjadi masalah yang serius bagi pembangunan Tubuh Kristus.
Demi membangun Tubuh-Nya, Kristus rela menanggalkan segalanya, rela melepaskan takhta dan kemuliaan-Nya di surga dan menjadi seorang hamba. Sekalipun Dia kaya, tetapi oleh karena kita, Dia rela menjadi miskin, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (2 Kor. 8:9). Inilah gambaran dari kehidupan yang sepenuhnya bagi pembangunan Tubuh Kristus.
Saudara saudari, untuk membangun sebuah organisasi, tidak terlalu sulit, karena tidak diperlukan hayat. Tetapi untuk membangun Tubuh Kristus, tidak mudah, karena Tubuh Kristus hanya dapat dibangun dengan hayat ilahi. Oleh sebab itu, tidak ada jalan lain untuk berbagian dalam pembangunan Tubuh Kristus, selain melewati kematian dan kebangkitan Kristus. Hanya kehidupan yang telah diserupakan dengan kematian Kristuslah yang dapat menghasilkan pembangunan. Apa pun yang kita miliki, termasuk karunia rohani, harus melewati kematian Kristus, barulah dapat digunakan untuk membangun Tubuh-Nya.

16 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Minggu

Kehidupan Seorang Manusia Allah
Roma 9:23-24a
Justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas bejana-bejana belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya.

Ayat Bacaan: Rm. 9:23-24.

Setelah membaca seluruh Injil Markus, kita dapat melihat seorang Manusia-Allah yang seluruh kehidupan-Nya adalah bagi Allah dan bagi rencana kekal-Nya. Tidak peduli bagaimana kerasnya penentangan yang harus Dia hadapi, Kristus hanya tahu mengerjakan satu hal, yakni melakukan kehendak Allah. Tidak ada suatu apa pun atau seorang pun yang dapat membelokkan Dia dari rencana Allah. Apa pun yang Dia lakukan dan katakan, semuanya adalah bagi penggenapan rencana kekal Allah.
Apakah rencana Allah? Rencana Allah tidak lain adalah Allah ingin menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita, umat pilihan-Nya, supaya Dia memiliki satu Tubuh di bumi bagi ekspresi-Nya. Baik inkarnasi, kematian, kebangkitan, dan keterangkatan Kristus, semuanya adalah demi menyalurkan Allah ke dalam kita. Itulah sebabnya, Alkitab menyebut kita sebagai bejana-bejana (benda-benda, LAI) belas kasihan-Nya (Rm. 9:23), yakni wadah yang dipersiapkan untuk menampung Allah dan mengekspresikan kemuliaan-Nya.
Siapakah Anda? Anda adalah sebuah bejana. Tidak peduli siapa kita dan apa kedudukan kita di masyarakat, di hadapan Allah kita tidak lebih dari bejana-bejana belas kasihan-Nya. Walau demikian, kita telah dipersiapkan untuk kemuliaan, yakni untuk mengekspresikan Allah. Tatkala kita diisi oleh Allah dan mengekspresikan Allah, maka kita memiliki kehidupan yang tertinggi di alam semesta ini, yakni kehidupan manusia-Allah. Secara lahiriah, kita adalah manusia biasa, tetapi di batin kita penuh dengan unsur Allah dan Dia diperhidupkan melalui diri kita. Dua ribu tahun yang lalu, hanya ada seorang manusia-Allah, yakni Kristus sendiri. Tetapi setelah kebangkitan-Nya, dan melalui kelahiran kembali oleh hayat-Nya, Dia telah menghasilkan banyak manusia-Allah.
Bagaimana agar kita dapat memiliki kehidupan yang bagi Allah dan kehendak-Nya? Setiap hari kita perlu terbuka terhadap Tuhan, membiarkan Dia mengisi kita dengan Roh-Nya hingga penuh. Tatkala Roh-Nya memenuhi kita hingga meluap, maka dengan sendirinya Allah akan diperhidupkan melalui kita dan kita dapat menyalurkan Allah ke dalam orang lain. Inilah kehidupan manusia-Allah yang sejati, kehidupan yang kita dambakan.

15 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Sabtu

Tanda-tanda yang Menyertai Pemberitaan Injil
Markus 16:20
Mereka pun pergi memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

Ayat Bacaan: Mzm. 72:18; Mrk. 16:20; Kis. 28:3-5

Apakah makna yang tersirat dari perkataan Tuhan dalam Markus 16:17-18 dan 20? Pertama-tama, bahwa kita harus dengan iman pergi memberitakan Injil. Kuasa yang Tuhan berikan kepada kita dalam pemberitaan Injil hanya akan efektif kalau kita pergi memberitakan Injil. Kalau kita tidak mau pergi memberitakan Injil, hanya berdiam diri di rumah, maka penyertaan dan kuasa Tuhan atas Injil tidak akan kita alami. Kalau kita tidak keluar memberitakan Injil, maka setan-setan tidak akan terusir, dan orang yang sakit pun tidak memperoleh kesembuhan. Kalau tidak ada yang keluar memberitakan, tidak ada orang yang akan diselamatkan (Rm. 10:14-15).
Kedua, ketika kita pergi memberitakan Injil, kita tidak sendirian, melainkan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman yang kita beritakan. Mengapa kita seringkali enggan memberitakan Injil? Salah satu alasannya mungkin karena kita mengira kita sendirian memberitakan; kita kurang nampak bahwa Tuhan turut bekerja dalam pemberitaan kita. Dalam memberitakan Injil, perkataan kita mungkin terbatas, tetapi Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas (Yoh. 3:34). Yang mampu menyelamatkan orang bukan kita, melainkan pekerjaan Allah melalui Roh-Nya. Itulah sebabnya Paulus berkata bahwa Injil adalah kekuatan Allah (Rm. 1:16), bukan kekuatan kita.
Ketiga, apakah ada tanda-tanda ajaib menyertai pemberitaan Injil kita atau tidak, kita tetap harus memberitakan Injil. Dalam kesempatan tertentu, Allah mau melalui tanda ajaib membuktikan bahwa Dialah Allah. Tetapi Allah tidak mau kita secara sembarangan mempertontonkan atau memamerkan tanda ajaib. Allah hanya mau melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Artinya, kalau Allah mau mengadakan tanda ajaib, maka terjadilah tanda ajaib. Kalau tidak, walaupun kita memaksa Allah melakukannya, Dia tidak akan melakukannya. Allah melakukan tanda ajaib menurut kehendak-Nya, bukan menurut keinginan kita. Ketika Paulus di pulau Malta, ia pernah digigit ular berbisa, dan ia mengibaskan ular itu ke dalam api (Kis. 28:3-5). Tetapi, sedikit pun ia tidak menggembar-gemborkan perbuatannya itu. Hanya orang yang kurang mengenal Allah yang suka menggembar-gemborkan tanda-tanda ajaib.

14 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Jumat

Yang Percaya dan Dibaptis akan Diselamatkan
Markus 16:16
Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:12; Kis. 10:43; 1 Ptr. 1:21, 23; Ef. 5:30; Kis. 19:3-5; 8:36-37

Percaya berarti menerima Kristus (Yoh. 1:12) ), tidak hanya untuk pengampunan dosa-dosa (Kis. 10:43) tetapi juga untuk kelahiran kembali (1 Ptr. 1:21, 23), supaya siapa saja yang percaya, menjadi anak Allah (Yoh. 1:12-13) dan anggota Tubuh Kristus (Ef. 5:30) dalam kesatuan yang organik dengan Allah Tritunggal (Mat. 28:19). Dibaptis berarti menegaskan hal ini dengan dikuburkan guna mengakhiri ciptaan lama melalui kematian Kristus, dan dibangkitkan menjadi ciptaan baru Allah melalui kebangkitan-Nya. Baptisan yang sedemikian ini jauh lebih maju daripada baptisan pertobatan oleh Yohanes Pembaptis (Mrk. 1:4, Kis. 19:3-5).
Percaya dan dibaptis merupakan dua bagian dari satu langkah yang lengkap untuk menerima keselamatan Allah yang sempurna. Dibaptis tanpa percaya hanyalah upacara agama yang kosong; percaya tanpa dibaptis berarti hanya diselamatkan pada bagian batiniah tanpa penegasan lahiriah dari keselamatan yang di dalam itu. Di aspek yang lahiriah, melalui baptisan seseorang dicelupkan ke dalam air. Namun di aspek yang rohaniah, pada saat yang bersamaan, ia sebenarnya dicelupkan ke dalam Roh (1 Kor. 10:2; 12:13). Jadi dengan satu tindakan baptisan, seseorang pada saat yang bersamaan dibaptis dengan air dan Roh. Banyak orang mengira bahwa ia harus memenuhi berbagai persyaratan atau menunggu beberapa tahun lagi agar dapat dibaptis. Tetapi Tuhan memberitahu kita bahwa hanya ada satu syarat baptisan, yaitu percaya (Mrk. 16:16; Kis. 8:36-37). Asal seseorang percaya dengan hatinya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, maka ia bersyarat dibaptiskan.
Apakah faedah baptisan bagi kita? Baptisan adalah suatu kelepasan yang besar, melepaskan kita dari segala sesuatu yang milik dunia. Tidak hanya itu, baptisan juga suatu jalan masuk yang besar, yang membawa kita masuk ke dalam Kristus dan Kerajaan-Nya (Rm. 6:3; Yoh. 3:5). Sebenarnya percaya saja sudah cukup bagi kita untuk menerima keselamatan dari hukuman kekal Allah; tetapi baptisan diperlukan sebagai satu penegasan lahiriah untuk kelengkapan keselamatan batiniah kita, penegasan bahwa sejak hari itu kita tidak lagi bersatu dengan dunia, tetapi berdiri di pihak Kristus.

13 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Beritakanlah Injil kepada Segala Makhluk
Markus 16:15
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Ayat Bacaan: Mrk. 16:15; 14:15; Kol. 1:20, 23; Rm. 8:19-22; Luk. 14:23

Sebelum Tuhan terangkat ke surga, Dia berpesan kepada murid-murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia guna memberitakan Injil kepada segala mahkluk (Mrk. 14:15). Ini mewahyukan bahwa penebusan Allah yang dirampungkan oleh Tuhan Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya tidak hanya untuk manusia, yang paling utama dari ciptaan Allah, tetapi juga untuk segenap ciptaan. Semua makhluk, baik yang di bumi maupun yang di surga, perlu diperdamaikan dengan Allah, dan Injil harus diberitakan kepada segala makhluk di bawah kolong langit (Kol. 1: 20, 23). Hanya melalui jalan ini segenap ciptaan dapat dibebaskan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Rm. 8:19-22).
Mengapa Tuhan memerintahkan murid-murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada segala makhluk? Bukankah perintah ini kedengarannya agak “berlebihan”? Tidak. Tuhan berpesan demikian adalah karena Allah Juruselamat kita menghendaki semua orang diselamatkan (1 Tim. 2:4). Allah tidak menghendaki seorang pun binasa! Hari ini ada berjuta-juta orang Kristen di atas bumi, dan kita adalah salah satu di antaranya. Allah memerintahkan kita bersandarkan Roh Kudus memberitakan Injil kepada manusia. Dalam Lukas 14, Tuhan Yesus dengan lebih tegas berkata, “Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang yang ada di situ masuk, karena rumahku harus penuh” (Luk. 14:23).
Dipandang dari satu sisi, apakah seseorang mau memberi dirinya diselamatkan atau tidak, itu adalah suatu pilihan. Tetapi di sisi yang lain, memberi diri untuk diselamatkan bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Itulah sebabnya Tuhan berkata, “... paksalah orang-orang yang ada di situ untuk masuk,...” Terkadang petugas pemadam kebakaran harus memaksa atau menyeret ke luar orang yang terperangkap di dalam bangunan yang terbakar demi menyelamatkan nyawanya. Demikian pula kita hari ini, harus seperti petugas pemadam kebakaran menyelamatkan jiwa satu per satu, membawa mereka ke luar dari hukuman api kekal. Jangan berkata kita tidak tahu harus menginjil kepada siapa. Siapa saja, asal dia manusia, dia perlu diselamatkan!

12 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Rabu

Berdasarkan Iman Menikmati Penyertaan Tuhan
Markus 16:14
Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.

Ayat Bacaan: Mrk. 16:14; Yoh. 14:16-17; 20:19; Rm. 1:17

Setelah kebangkitan-Nya, sebenarnya Tuhan senantiasa bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Dia pernah berjanji untuk menyertai mereka sampai selama-lamanya (Yoh. 14:16-17). Namun, karena Tuhan tidak menyertai mereka dalam wujud yang kelihatan, tetapi sebagai Roh itu, maka sejangka waktu mereka tidak dapat mempercayai fakta kebangkitan Tuhan. Oleh sebab itulah Tuhan akhirnya menampakkan diri-Nya kepada kesebelas murid-Nya, ketika mereka sedang makan (Mrk. 16:14; Yoh. 20:19).
Penyertaan Tuhan yang kelihatan memang manis, namun terbatas oleh ruang dan waktu. Tetapi penyertaan-Nya yang tak kelihatan melalui Roh-Nya yang berhuni di dalam kita sungguh tak terbatas oleh ruang dan waktu. Kita menyadari atau tidak, merasakan atau tidak, pada faktanya memang Tuhan ada di dalam kita. Sekali Tuhan masuk ke dalam kita, Dia tidak pernah menarik diri meninggalkan kita, karena Dia adalah Imanuel, Allah yang beserta kita!
Dahulu ada seorang Kristen yang datang dari tempat jauh menemui seorang hamba Tuhan berpengalaman. Setelah bertemu, ia bertanya, “Saudara, dalam doaku beberapa hari ini, aku tidak dapat menjamah Tuhan, aku telah kehilangan penyertaan Tuhan!” Hamba Tuhan itu balik bertanya, “Apakah ada dosa yang tidak rela Anda lepaskan?” “Tidak ada,” jawabnya. “Adakah sesuatu yang Tuhan inginkan untuk Anda taati, namun Anda tidak mau taat?” Dia menjawab, Tidak. Kemudian hamba Tuhan itu berkata, “Jika demikian, Anda tenang saja. Tuhan tidak meninggalkan Anda. Tuhan hanya ingin membawa Anda keluar dari perasaan agar masuk ke dalam iman.”
Tidak ada seorangpun yang bisa mengikuti Tuhan bersandarkan apa yang dilihat oleh mata. Mencari dan menuntut Tuhan hanya bisa bersandarkan iman. Sejak hari pertama kita mengikuti Tuhan, bukan karena mata kita telah melihat Dia, juga bukan karena perasaan kita telah merasakan Dia, melainkan karena kita telah mendapatkan satu iman. Alkitab mengatakan, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rm. 1:17). Kita menikmati penyertaan Tuhan dan mengikuti Dia bukan berdasarkan perasaan dan penglihatan mata, melainkan berdasarkan iman atas firman Kristus. Inilah rahasia dalam menikmati penyertaan Kristus.

11 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Selasa

Berjumpa dengan Kristus yang Bangkit
Markus 16:9
Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.

Ayat Bacaan: Mrk. 16:1-11; Yoh. 20:11-13

Markus 16:1-11 mengisahkan bahwa yang pertama kali menemukan fakta bahwa Kristus telah bangkit adalah tiga saudari, yakni Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome. Merekalah yang pertama kali menemukan bahwa batu penutup pintu kubur Yesus telah terguling dan kubur itu kosong (Mrk. 16:4-6). Namun kepada siapakah Kristus yang telah bangkit itu menampakkan diri pertama kali? Maria Magdalena (Mrk. 16:9).
Menemukan fakta bahwa Kristus telah bangkit memang penting, tetapi betapa lebih pentingnya perjumpaan langsung dengan Kristus yang bangkit. Manakah yang Anda dambakan, melihat kubur yang kosong, ataukah melihat Kristus yang bangkit? Manakah yang lebih menarik Anda, memiliki pengetahuan tentang kebangkitan Kristus, ataukah berjumpa langsung dengan Dia? Kiranya kita semua memiliki kedambaan yang sama, yaitu damba memiliki kehadiran dan penyertaan Tuhan yang hidup dalam roh kita!
Siapakah Maria Magdalena, sehingga Kristus berkenan lebih dahulu menampakkan diri-Nya kepada dia? Maria Magdalena mungkin tidak sekuat Petrus, Yohanes, atau Yakobus, tetapi hatinya benar-benar tertambat pada Tuhan. Sejak Dia ditolong oleh Tuhan, yakni melepaskan dia dari perasukan tujuh setan, kasihnya hanya tertuju pada Tuhan. Menurut catatan Yohanes 20:11-13, ketika dia berjumpa dengan malaikat, yang ditanyakan olehnya hanyalah diri Tuhan. Malaikat pun tidak bisa menarik perhatiannya. Hati yang demikianlah yang paling berharga di mata Tuhan, sehingga Tuhan mau tidak mau harus menampakkan diri kepada Maria Magdalena.
Adakah kita memiliki hati yang demikian ngotot (desperately) mencari Tuhan? Apakah kita benar-benar mendambakan Dia sebagaimana Maria Magdalena? Hari ini Kristus adalah Roh itu, dan Dia terwujud di dalam firman. Kapan kala kita dengan tulus mengasihi dan mencari Dia di dalam firman kudus-Nya, segera kita akan menikmati kehadiran dan penyertaan-Nya yang hidup di dalam roh kita! Tidak peduli bagaimana situasi dan kesibukan kita, kita masih dapat menyediakan waktu untuk berjumpa dengan Kristus yang bangkit di dalam seruan dan doa kita kepada-Nya, serta di dalam pembacaan Alkitab kita.

10 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Senin

Dan Kepada Petrus
Markus 16:7
Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.

Ayat Bacaan: Mrk. 16:7; Yer. 31:3; Yoh. 13:1; Ibr. 3:13-15; Mrk. 10:22; Mzm. 51:19

Dalam Injil Markus tercatat bahwa setelah kebangkitan Tuhan Yesus, malaikat menyuruh beberapa perempuan memberitakan kebangkitan-Nya kepada murid-murid yang lain dan kepada Petrus. Mengapa Tuhan melalui malaikat-Nya secara khusus menyebut nama Petrus? Tuhan melalui malaikat-Nya secara khusus menyebut nama Petrus karena pada saat itu Petrus sedang kecewa dan putus asa atas kegagalannya dalam hal menyangkal Tuhan. Malaikat Tuhan menyebutkan nama Petrus adalah untuk menghibur dia, memulihkan dia, dan menegaskan kepadanya bahwa Tuhan tidak pernah melupakan dia. Petrus mungkin sudah putus asa, tetapi Tuhan tidak pernah putus asa. Sekali Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita, Dia akan menyelamatkan kita hingga kekal.
Pernahkah kita gagal seperti Petrus? Pernahkah kita melakukan suatu kesalahan yang fatal, sehingga sampai-sampai kita merasa malu untuk menghampiri Tuhan? Kita mungkin merasa malu dan sulit untuk datang menghampiri Dia, tetapi Dia tetap mengingat kita dan bermaksud memulihkan kita kembali. Dia tidak mempedulikan kegagalan kita. Allah dapat melakukan apapun, tapi ada satu hal yang tidak dapat Dia lakukan, yaitu menarik kasih-Nya dari kita. Tuhan berkata, “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan setia-Ku kepadamu” (Yer. 31:3). Yohanes 13:1 juga mengatakan, “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” Kasih Tuhan kepada kita jauh melampaui kegagalan kita. Kasih yang demikian membuat kita tidak memiliki alasan lagi untuk lari dari hadapan-Nya.
Tuhan yang tidak membuang Petrus juga adalah Tuhan yang tidak akan membuang kita. Tidak peduli betapa dalamnya kita telah jatuh, selama masih dapat dikatakan hari ini, kita boleh datang kepada-Nya (Ibr. 3:13-15). Hanya orang bodoh yang melarikan diri dari hadapan Tuhan (Mrk. 10:22). Mazmur 51:19 mengatakan, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Bila memang demikian kasih Tuhan terhadap kita, masihkah kita takut menghampiri Dia?

09 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 2 Minggu

Syair Kidung tentang Perjalanan Tuhan
Markus 16:6
Tetapi orang muda (Malaikat) itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.

Ayat Bacaan: Mrk. 16:1-8; Ef. 2:12; 1 Ptr. 1:30

Wilbur Chapman (1859-1918) pernah menulis sebuah syair yang sangat indah yang mengisahkan perjalanan hidup Tuhan mulai dari kelahiran, penderitaan, kematian, kebangkitan, kenaikan-Nya ke Surga, hingga kedatangan-Nya kembali. Syair tersebut kemudian digubah ke dalam sebuah kidung oleh Charles H. Marsh (1886-1956), dengan judul “One Day” (Satu Hari). Marilah kita menikmati syair kidung tersebut melalui menyanyikan dan memasuki setiap baitnya dengan doa dan ucapan syukur.

Satu Hari

1. Satu hari, pu-jian ri-uh di surga, satu hari, dosa cemar insan. Yesus terlahir oleh anak dara, hidup di du-nia, tampilkan Allah!

Koor : Lahir, cintaku; wafat, tebusku. Dikubur, angkut se-mua dosaku. Bangkit, beri kurnia, pun benarkanku. Di-a 'kan datang, jemputku pulang.

2. Satu hari, Dia d'rita di Golgota, di kayu salib, terpancang pentang. Serba sengsara, tertindas, terluka, jadi Penebus, menanggung dosa!

3. Satu hari, Dia sen-di-rian di taman, damai sentosa, lepas s'mua d'rita. Datanglah malak, ron-da-i makam-Nya, tia-da harapan, Dia-lah harapan!

4. Satu hari, makam ti-a-da daya, goleklah batu penutup li-ang. Di-a t'lah bangkit, kua-sa maut terpatah, jadi Tuhanku, na-ik ke surga.

5. Satu hari, nafiri siar balik-Nya, mu-lia terpancar bulat di surga. Sa-at a-ja-ib, Kekasihku tiba. Penolong mu-lia, Yesusku Tuhan.

Dahulu kita memang tidak memiliki pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia ini (Ef. 2:12), tetapi Satu Petrus 1:3 mengatakan, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada pengharapan yang hidup”. Puji Tuhan, kebangkitan Kristus telah membawa kita ke dalam suatu pengharapan yang hidup!

08 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Menjadi yang Sulung di Antara Banyak Saudara
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14-18; 1 Yoh. 14:9; Kis. 13:33; 1 Ptr. 1:3; Yoh. 20:17; Ibr. 2:10-12

Dalam kekekalan, Kristus adalah Putra Tunggal Allah (Yoh. 1:18). Sebagai Putra Tunggal Allah, Kristus memiliki keilahian tetapi tidak memiliki keinsanian; Dia swa-ada dan kekal ada. Ketika diutus Bapa ke dalam dunia, Kristus masih berstatus sebagai Putra Tunggal Allah (1 Yoh. 4:9; Yoh. 1:14). Akan tetapi melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, Kristus dilahirkan kembali menjadi Putra sulung Allah (Kis. 13:33). Di dalam kebangkitan, sebagai Putra sulung Allah, Kristus memiliki keinsanian dan keilahian.
Ketika Kristus bangkit, pada saat itu juga semua orang beriman-Nya dibangkitkan bersama-Nya dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah (1 Ptr. 1:3). Melalui kelahiran kembali ini, kita berbagian dalam hayat dan sifat Allah. Inilah yang menjadi dasar mengapa kita disebut sebagai saudara-saudara Kristus. Roma 8:29 memberi tahu kita bahwa Putra tunggal Allah menjadi yang sulung di antara banyak saudara. “Putra sulung” menyiratkan bahwa setelah Kristus, masih ada putra-putra yang lain. Sekarang, Allah bukan hanya mempunyai satu Putra, tetapi banyak putra. Kristus mempunyai berjuta-juta saudara. Selama dua puluh abad ini, banyak orang yang telah dilahirkan kembali sehingga mereka menjadi putra-putra Allah. Semua putra ini adalah saudara-saudara dari Putra sulung Allah (Yoh. 20:17; Ibr. 2:10-12). O, betapa hebat dan luar biasanya keputraan ini!
Hari ini banyak pasangan dengan berbagai alasan tidak ingin memiliki lebih dari dua anak. Tetapi, mengapa Allah menghendaki memiliki banyak putra? Allah mendambakan banyak putra karena Dia mendambakan ekspresi yang penuh. Semakin banyak seorang ayah memiliki anak, semakin banyak pula ekspresinya. Semakin banyak dilahirkan putra-putra Allah, semakin banyak pula Allah diekspresikan. Inilah sebabnya kita perlu memberitakan Injil dan menggembalakan kaum imani yang baru, supaya mereka menjadi pertambahan dari ekspresi Allah. Hari ini gereja adalah miniatur ekspresi ini (Ef. 1:23), tetapi Yerusalem Baru dalam kekekalan yang akan datang akan menjadi manifestasi akhir dari ekspresi ini (Why. 21:11). Inilah harapan mulia putra-putra Allah dan waktu yang dinanti-nantikan oleh semua makhluk.

07 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Jumat

Menjadi Roh Pemberi Hayat
1 Korintus 15:45
Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang terakhir menjadi roh yang menghidupkan.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 15:45

Di dalam kekekalan yang lampau, hanya ada Allah sendirian. Kemudian, di dalam waktu, Dia menciptakan segala sesuatu. Pada suatu titik tertentu di dalam sejarah, Allah Pencipta segala sesuatu ini menjadi seorang manusia. Langkah yang penting ini disebut inkarnasi. Melalui inkarnasi, Allah mengenakan manusia, karena manusia adalah kepala dari segala ciptaan di bumi. Tuhan Yesus, Allah yang berinkarnasi, hidup di atas bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun. Ketika Dia disalibkan, seluruh ciptaan disalibkan bersama-sama dengan Dia. Ini berarti bahwa bukan hanya Kristus saja yang tersalib, tetapi juga manusia dengan seluruh ciptaan. Karena itu, kematian Kristus merupakan penyaliban yang meliputi segala sesuatu.
Setelah dikuburkan, pada hari yang ketiga, Kristus bangkit dari kematian. Melalui kebangkitan dan di dalam kebangkitan Dia menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45). Lebih jauh lagi, di dalam kenaikkan-Nya ke langit tingkat ketiga, Dia dimahkotai dan menjadi Kepala dan Tuhan atas segala sesuatu. Kemudian Dia turun ke atas Tubuh-Nya sebagai Roh pemberi hayat. Karena Allah, setelah menyelesaikan pekerjaan penciptaan, telah melalui inkarnasi, penghidupan insani, penyaliban, kebangkitan, naik, dan turun, kita dapat mengatakan bahwa Dia adalah Allah yang telah melalui proses. Walaupun Allah adalah kekal dan tidak berubah-ubah, namun Dia telah melalui berbagai proses dan rampung sempurna sebagai Roh pemberi hayat.
Setelah menyelesaikan pekerjaan penebusan-Nya, Kristus menjadi Roh pemberi hayat dan berhuni di dalam kita. Kemana saja kita pergi, Dia berada di dalam kita. Ketika kita gembira, membaca Alkitab, atau berdoa, mungkin kita tidak memiliki perasaan yang kuat bahwa Dia berada di dalam kita. Tetapi jika kita melawan-Nya, Dia akan menampakkan diri-Nya kepada kita dalam suatu cara yang keras. Jika kita melakukan dosa, atau ke tempat yang cemar, Dia akan berbicara kepada kita dari dalam,”Apa yang Anda lakukan di sini?” Tuhan kita nyata, hidup, hadir, dan ada di dalam kita. Yang kita miliki lebih dari sekedar agama. Apakah yang dapat kita harapkan dari suatu agama? Tetapi, yang kita miliki adalah Kristus yang hidup! Dialah yang kita perlukan dan kita miliki.

06 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Kamis

Menjadi Pemimpin dan Juruselamat Manusia
Kisah Para Rasul 5:31
Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.

Ayat Bacaan: Kis. 2:33-36, 5:31; Ef. 1:7, 19-23; Mrk. 1:4

Setelah kebangkitan-Nya, Kristus ditinggikan oleh Allah sebagai Pemimpin atas semua penguasa. Kisah Para Rasul 5:31 mengatakan, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.” Cara Dia menyelamatkan kita adalah dengan menjadi Pemimpin. Karena Dia mengendalikan segala sesuatu, Dia memiliki kuat kuasa, otoritas, kemampuan, dan kapasitas untuk menyelamatkan kita. Di bawah kepemimpinan-Nya kita telah diselamatkan.
Tidak hanya demikian, Allah pun menetapkan Kristus sebagai Juruselamat untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. “Pemimpin” berkaitan dengan otoritas-Nya dan “Juruselamat” berkaitan dengan keselamatan-Nya. Agar umat pilihan Allah bertobat dan menerima pengampunan dosa, Kristus perlu ditinggikan sebagai Pemimpin dan Juruselamat yang memerintah.
Siapakah yang dapat membuat orang dosa bertobat? Kristus sebagai Pemimpin! Dialah yang sanggup memimpin dan membimbing kita kepada pertobatan yang sesungguhnya. Siapakah yang dapat memberikan pengampunan dosa? Kristus sebagai Juruselamat! Hanya Dia yang berkuasa mengampuni dosa kita. O, betapa ajaibnya Kristus kita.
Pemerintahan Kristus membuat dan memimpin kita untuk bertobat, dan keselamatan-Nya yang berdasarkan penebusan-Nya memberikan kita pengampunan atas dosa-dosa. Pertobatan adalah untuk pengampunan dosa-dosa (Mrk. 1:4). Di pihak Allah, pengampunan dosa-dosa adalah berdasarkan penebusan-Nya (Ef. 1:7). Di pihak manusia, pengampunan dosa-dosa adalah melalui pertobatan. Keperluan kita adalah bertobat dan menerima pengampunan. Pertobatan dan pengampunan adalah dua langkah yang olehnya kita dipersiapkan untuk menerima penyaluran Allah Tritunggal sehingga kita dapat menjadi Tubuh-Nya, kepenuhan-Nya (Ef. 1:23). Oleh sebab itu, setiap hari kita semua perlu berdoa, “Tuhan, salurkanlah diri-Mu sendiri ke dalamku, sehingga apa adanya Engkau menjadi bagianku”. Inilah jalan untuk mengalami Kristus sebagai Pemimpin dan Juruselamat kita.

05 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Kristus Menjadi Batu Penjuru
Efesus 2:19-20
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Ayat Bacaan: Mzm. 118:22-24; Kis. 4:11-12; 1 Ptr. 2:4-7; Yes. 28:16

Mazmur 118:22-24 mengatakan, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” .
Berguna tidaknya sebuah batu tergantung pada tukang bangunan; jika tukang bangunan mengatakan batu ini tak berguna, ia tak berguna. Namun ada satu hal yang ajaib, yaitu “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan” telah Allah jadikan “batu penjuru”. Kapankah hal ini terjadi? Allah melakukan ini pada hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati.
Apakah kegunaan dari batu penjuru? Menurut Efesus pasal dua, fungsi dari batu penjuru adalah menyatukan dua tembok. Dipandang dari sudut rohani, tembok yang satu adalah kaum beriman Yahudi dan tembok yang lain adalah kaum beriman kafir. Tatkala tukang-tukang bangunan orang Yahudi menolak Kristus, mereka menolak-Nya sebagai batu penjuru (Kis. 4:11; 1 Ptr. 2:7), yaitu menolak orang yang akan menyatukan orang kafir dengan mereka untuk pembangunan rumah Allah. Tetapi pada hari kebangkitan-Nya, batu (Kristus) yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, batu yang menyatukan orang Yahudi dengan orang kafir.
Kehendak Allah dalam menyelamatkan kita bukan untuk membawa kita ke suatu tempat yang material, melainkan menyatukan kita agar Dia beroleh bangunan-Nya (Kis. 4:11-12). Entah kita Yahudi atau kafir, kita telah diselamatkan untuk disatukan di dalam Kristus, bersama-sama menjadi bangunan Allah. Kalau Kristus adalah batu penjuru, lalu siapakah kita? Petrus mengatakan bahwa kita adalah batu-batu hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani (1 Ptr. 2:5). Setelah menerima Kristus sebagai benih hayat (1 Ptr. 1:23), kita perlu bertumbuh agar kita dapat mengalami Dia sebagai batu yang hidup di dalam kita (1 Ptr. 2:4). Karena itu, melalui kita terus datang kepada-Nya, menikmati Dia, maka Dia juga akan membuat kita menjadi batu hidup; diubah dengan sifat batu-Nya, supaya kita dapat terbangun bersama orang lain menjadi rumah rohani di atas diri-Nya sendiri sebagai dasar dan batu penjuru (Yes. 28:16).

04 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Selasa

Menang Atas Kuasa Maut
Kisah Para Rasul 2:24
Tetapi Allah membangkitkan Dia setelah melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

Ayat Bacaan: Kis. 2:24; Yoh. 11:25; Ibr. 7:16; Why. 2:8

Apakah yang dapat dilakukan Iblis untuk mengalahkan Kristus? Iblis telah mencoba berbagai cara namun selalu gagal. Karena itu, Iblis menggunakan cara terakhir yang ia bisa, yakni dengan menghasut pemuka agama Yahudi untuk membunuh Yesus dan meletakkan Dia ke dalam maut. Berhasilkah Iblis? Tidak! Yesus memang menyerahkan diri-Nya sendiri kepada maut, tetapi maut tidak berdaya menahan-Nya. Kisah Para Rasul 2:24 mengatakan, “Tetapi Allah membangkitkan Dia setelah melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” Petrus bersaksi bahwa Kristus tidak dapat dikuasai oleh kematian. Tuhan telah mati tetapi Dia hidup kembali. Dia pernah masuk ke dalam maut, tetapi maut tidak bisa menahan-Nya. Mengapa? Karena Kristus sendiri adalah kebangkitan (Yoh. 11:25), dan Dia memiliki hayat yang tidak dapat binasa (Ibr. 7:16). Haleluya!
Gereja yang menderita juga perlu mengenal bahwa Kristus adalah Yang mati namun hidup kembali, sehingga gereja bisa bertahan terhadap bermacam-macam penderitaan. Betapa pun beratnya penderitaan itu, gereja akan tetap hidup. Hayat kebangkitan Kristus tahan terhadap maut. Ketika menderita, gereja harus mengenal bahwa Tuhan adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang ada untuk selama-lamanya dan Yang tidak berubah selamanya (Why. 2:8). Bagaimanapun situasi penganiayaan itu, Kristus tetap sama; tidak ada sesuatu yang bisa berada di depan-Nya, juga tidak ada sesuatu yang bisa berada di belakang-Nya. Segala sesuatu berada di dalam batas pengendalian-Nya.
Bagi kita, kesusahan itu berharga, karena bisa menguji hayat kita. Tuhan mengijinkan kita tertimpa kesusahan bukan hanya untuk mempersaksikan bahwa hayat kebangkitan-Nya mengalahkan maut, juga membuat kita bisa menikmati kelimpahan hayat-Nya. Mungkin Iblis mencobai kita sedemikian rupa hingga kita menjadi miskin dalam materi, namun kita semakin diperkaya dalam Tuhan dengan kelimpahan hayat-Nya. Kematian bukanlah akhir, kematian adalah pintu gerbang untuk masuk ke dalam kebangkitan. Yang terberat yang dapat dilakukan penderitaan atau penganiayaan paling-paling hanya membunuh kita. Tetapi setelah kematian karena aniaya, ada kebangkitan. Haleluya!

03 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Senin

Mati bagi Dosa, Hidup bagi Allah!
Roma 6:11
Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

Ayat Bacaan: Rm. 8:3; 6:11-19

Kematian manusia pada umumnya adalah biasa dan menyedihkan. Tetapi, kematian Kristus sungguh berbeda. Kematian Kristus adalah kematian yang ajaib dan menggembirakan. Mengapa dikatakan demikian? Ya. Karena Kristus telah mati, maka kita dapat diselamatkan! Kalau tidak demikian, maka kita selamanya tetap berada di bawah hukuman Allah. Jadi, bagi umat manusia, kematian Kristus adalah kabar sukacita, berita yang menggembirakan! O, tidak ada kabar kematian yang lebih baik daripada kabar tentang kematian Kristus!
Kematian Kristus menyelesaikan masalah dosa-dosa kita, pelanggaran, kesalahan, dan perbuatan dosa kita. Melalui kematian Kristus, semua masalah ini telah diselesaikan-Nya secara kekal. Tidak hanya demikian, kematian Kristus juga menanggulangi sifat dosa di dalam kita. Roma 8:3 mengatakan bahwa Allah mengutus Anak-Nya sendiri dalam keserupaan dengan daging untuk menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.
Menurut Alkitab dan juga pengalaman kita, dosa lebih dari sekedar perbuatan, tetapi suatu pribadi yang hidup. Satan adalah sumber dosa. Oleh sebab itu, dalam pandangan Allah, dosa adalah Satan, dan dia berkuasa di dalam anggota-anggota tubuh kita yang telah jatuh ini (Rm. 6:12). Puji Tuhan, kematian Kristus yang ajaib tidak hanya menyelesaikan perbuatan dosa-dosa kita, tetapi juga telah menghakimi dan menghukum sifat dosa yang bersembunyi dan berkuasa di dalam daging kita!
Oleh karena Kristus telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, maka kita tidak seharusnya membiarkan dosa berkuasa lagi atas tubuh kita, dan jangan pula menuruti keinginannya. Roma 6:13 mengatakan, “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa.... Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” Dengan menyerahkan anggota-anggota tubuh kita menjadi hamba kebenaran, kita akan dibawa kepada pengudusan (Rm. 6:19). Sejak kita beroleh selamat, kita harus menyadari suatu fakta bahwa kita telah mati bagi dosa, tetapi kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus (Rm. 6:11).

02 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Minggu

Darah Yesus, Darah yang Indah
Efesus 2:12-13
Pada waktu itu kamu tanpa Kristus, ..., tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.

Ayat Bacaan: Im. 17:14; 1 Ptr. 1:19; 1 Yoh. 1:7; 5:20; Ibr. 9:7-14; 4:16; 10:20; Ef. 2:12-13

Darah! Darah sungguh merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, bahkan mengerikan bagi pandangan mata. Di mana kita nampak darah berceceran, tahulah kita bahwa di tempat itu telah terjadi peristiwa penumpahan darah. Hebat tidaknya peristiwa itu, dapat dilihat dari sedikit banyaknya darah yang telah tertumpah. Alkitab mengatakan bahwa darah adalah nyawa (Im. 17:14).
Walau hampir setiap makhluk hidup memiliki darah, namun hanya satu jenis darah yang paling berharga, yakni darah Yesus, Anak Allah. Darah ini adalah darah yang mahal, darah yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Ptr. 1:19). Darah Yesus sungguh merupakan suatu berkat yang maha indah bagi setiap orang Kristen. Satu Yohanes 1:7 mengatakan bahwa darah Yesus, Anak Allah, membersihkan kita dari segala dosa. Nama “Yesus” menunjukkan keinsanian Tuhan, yang diperlukan bagi penumpahan darah penebusan. Sedangkan gelar “Anak Allah” menunjukkan keilahian Tuhan, yang menjamin khasiat kekal dari darah yang Dia tumpahkan bagi kita (Ibr. 9:14). Jika Kristus hanya seorang manusia, khasiat darah-Nya akan terbatas. Tetapi Dia bukan hanya seorang manusia, Dia juga adalah Allah yang kekal (1 Yoh. 5:20). Oleh sebab itu, khasiat darah-Nya adalah kekal dan tidak terbatas!
Darah Yesus telah membuka satu “jalan yang baru dan yang hidup” bagi kita (Ibr. 10:20), sehingga kita dapat mendekati Allah. Darah ini mendamaikan kita dengan Allah sehingga kita dapat bersekutu dengan-Nya. Alkitab mengatakan, “Tetapi di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu jauh dengan Allah, sekarang sudah menjadi dekat oleh darah Kristus” (Ef. 2:13).
Setiap saat dapat datang kepada Allah merupakan hak kita yang istimewa; ini jauh lebih baik daripada Imam Besar dalam Perjanjian Lama yang hanya boleh menghampiri Allah satu kali dalam setahun (Ibr. 9:7). Jangan tertipu oleh keadaan kita yang kasihan dan penuh kelemahan. Dengan bersandar darah Yesus, setiap saat kita dapat datang menghampiri Allah untuk menerima rahmat, menemukan kasih karunia, dan pertolongan pada waktunya (Ibr. 4:16). Ya, kapan pun dan dalam situasi apa pun, kita dapat datang menghampiri Dia!

Markus Volume 6 - Minggu 4 Sabtu

Kematian Kristus yang Unggul (2)
Ibrani 9:14a
Terlebih lagi darah Kristus, yang melalui Roh
yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan
yang tidak bercacat

Ayat Bacaan: Yoh. 19:30; Mat. 27:45, 51-53; 1 Ptr. 3:18; Yoh. 1:29; 2 Kor. 5:14; Ibr. 9:12, 14

Keempat, ketika Kristus mati, Dia berkata, “Sudah selesai!” (Yoh. 19:30). Ketika seorang manusia biasa mati, itu adalah akhir dari karirnya. Tidak peduli betapa hebatnya seseorang, begitu dia meninggal dunia maka pekerjaannya telah berhenti. Namun kematian Kristus bukanlah akhir Kristus; sebaliknya, itu adalah puncak pekerjaan-Nya. Kematian bukannya menandakan kesudahan pekerjaan-Nya, tetapi kematian yang bermakna dalam dan mengacu kepada keberhasilan yang besar.
Kelima, kematian Kristus merupakan peristiwa yang menggambarkan sifat adikodrati dari kematian-Nya. Kematian makhluk-makhluk hidup yang fana adalah kematian para pendosa karena dosa-dosa mereka sendiri; tetapi kematian Kristus adalah kematian Allah dalam keinsanian bagi para pendosa. Dengan demikian, itu adalah kematian yang luar biasa (Mat. 27:45, 51-53).
Keenam, Alkitab menyatakan bahwa Kristus mati sebagai Pengganti bagi semua pendosa (1 Ptr. 3:18) dan memberikan diri-Nya kepada Allah sebagai kurban untuk dosa seluruh dunia (Yoh. 1:29; 1 Yoh. 2:2). Ketika Kristus tergantung di atas salib, Allah meletakkan dosa-dosa seluruh dunia ke atas-Nya dan menganggap-Nya sebagai satu-satunya pendosa yang mati menggantikan semua manusia (2 Kor. 5:14).
Terakhir, khasiat kekal dari kematian Kristus yang bersifat menebus adalah bukti bahwa Kristus adalah Allah. Kematian Kristus yang menggantikan para pendosa menggenapkan penebusan yang kekal bagi kita (Ibr. 9:12, 14). Darah yang dicurahkan oleh Kristus bagi kita di atas salib bukan hanya darah manusia Yesus, tetapi juga darah Anak Allah (1 Yoh. 1:7), bahkan “darah Allah sendiri” (Kis. 20:28). Karena itu darah tersebut membasuh kita dari setiap dosa.
Ingatlah bahwa darah Kristus sanggup membersihkan segala dosa dan pelanggaran kita (1 Yoh. 1:9). Janganlah kita menjauhi-Nya apabila kita jatuh dalam dosa, sebaliknya kita perlu mengakui segala pelanggaran kita, maka kita akan sekali lagi mengalami khasiat darah-Nya dalam kehidupan kita. Darah yang ditumpahkan Tuhan, bukanlah darah seorang martir, melainkan darah yang menebus seluruh umat manusia.

01 August 2008

Markus Volume 6 - Minggu 4 Jumat

Kematian Kristus yang Unggul (1)
Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Ayat Bacaan: Mat. 16:21; Mzm. 22:16-19; Mat. 27:35; Kel. 12:3, 5-6; Mrk. 14:12-17; Yoh. 18:28

Setelah hidup tiga puluh tiga setengah tahun di bumi, Kristus mati. Kematian-Nya berbeda dengan kematian manusia lain di bumi. Semua pemimpin agama mati sebagai manusia dan dikubur sebagai manusia. Tetapi Kristus mati dengan cara yang berbeda dari manusia.
Kematian-Nya berbeda dengan kematian manusia biasa dalam enam hal: Pertama, Dia menubuatkan kematian-Nya kepada murid-murid-Nya sebelum saatnya tiba (Mat. 16:21). Dia tidak hanya menubuatkan kematian-Nya tetapi juga menubuatkan bahwa tiga hari setelah kematian-Nya, Dia akan bangkit. Ini menunjukkan bahwa kematian-Nya bukanlah suatu kematian yang kebetulan dalam tangan manusia, tetapi kematian yang ditakdirkan dalam tangan Allah.
Kedua, kematian-Nya adalah penggenapan yang tepat dari nubuat-nubuat mengenai Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi beratus-ratus tahun sebelumnya. Mazmur 22:16-19 menggambarkan suasana kematian Kristus. Jika kita membaca catatan kitab Injil, kita akan menemukan bahwa memang tepat demikian cara kematian Kristus. Matius 27:35 mengatakan bahwa setelah serdadu-serdadu menyalibkan Kristus, “mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi,” Inilah penggenapan harfiah dari pernyataan nubuat dalam Perjanjian Lama.
Ketiga, dalam Perjanjian Lama telah diberikan tanda dalam bentuk lambang mengenai saat dan cara kematian Kristus. Dalam Keluaran 12, catatan mengenai perayaan Paskah memberi tahu kita bahwa seekor anak domba harus disiapkan untuk perayaan itu (Kel. 12:3, 5-6). Anak domba itu harus tidak bercela dan harus diperiksa selama 4 hari sebelum Paskah. Anak domba itu harus disembelih di atas batang kayu yang berbentuk salib pada hari keempatbelas bulan pertama. Inilah gambaran sepenuhnya dari cara kematian Kristus di atas salib. Sebelum disalibkan, Dia diperiksa oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi sebanyak enam kali dan didapati tidak bersalah. Kematian-Nya juga jatuh pada hari keempatbelas bulan pertama, pada hari Paskah (Mrk. 14:12-17; Yoh.18:28).